Judul : The Revenant
Penulis : Michael Punke
Penerjemah : Reni
Indardini & Putro Nugroho
Penerbit :
Noura Books
Cetakan ke-1, Maret 2016
385 hlm
1823, Sungai Grand – Perbatasan
antara Dakota Utara dan Selatan
Hugh Glass, penjelajah
berpengalaman dan ahli melacak jejak, tak menyangka masih bisa hidup. Ketika
berhadapan dengan beruang grizzly, dia terluka sangat parah. Semua orang di
rombongannya menyangka hidup Glass tak akan bertahan lama.
Dua orang rekan seperjalanannya
diperintahkan merawat dan menunggui Glass yang sedang sekarat. Alih-alih
membantu, mereka justru kabur dengan membawa semua peralatan bertahan hidup
milik Glass. Pengkhianatan itu membuat Glass bersikeras bertahan hidup demi
satu tujuan : membalas dendam.
Dengan tekad kuat, Glass merangkak
sejauh ratusan mil di perbatasan dataran Amerika, mengejar incarannya.
Inilah kisah mendebarkan mengenai
pengkhianatan, keserakahan, juga perjuangan hidup dan mati – perjalanan luar biasa dari seorang
penjelajah di dataran Amerika pada abad ke – 19.
Hugh Glass adalah salah seorang
legenda Amerika dengan kisahnya yang menakjubkan. Bagaimana dia bisa bertahan
hidup setelah mengalami serangan seekor beruang ternyata menjadi cerita yang
sangat menarik bahkan disebut-sebut sebagai salah satu dari kisah terhebat dari
beberapa kisah bertahan hidup sepanjang masa.
Saya sendiri belum menyaksikan
film The Revenant yang tayang 2015 lalu dan diperankan oleh si tampan abang Leo
DiCaprio, namun dengan membaca buku ini saya jadi merasa ikut bertualang
bersama Glass. Apalagi di halaman awal sudah disajikan peta latar belakang
tempat kejadian bagaimana gambaran jalur yang dilalui Glass maupun Kapten
Henry. Meski untuk hal ini saya kurang setuju. Saya biasanya membaca mulai dari
awal tanpa nyontek-nyontek ke belakang. Jadi peta ini membuat saya
terus-menerus bolak-balik ke depan karena penasaran dengan setiap wilayah yang
dilalui. Lain halnya bila peta ada di belakang. Tentu saya tak lagi mengintip
terus-terusan ke depan karena saya sudah selesai membaca seluruh kisah hingga
tinggal memadankan dengan peta yang ada di belakang. Ah sudahlah, mari kita
kembali ke Glass dan kawan-kawannya.
Alkisah
seorang pemilik perusahaan Rocky Mountain Fur Company, Monsieur William H.
Ashley begitu gusar akibat adanya penundaan dalam bisnisnya. Hal ini
diakibatkan karena serangan dari suku Arikara terhadap para pekerjanya.Akhirnya
dia membuat keputusan baru dengan menugaskan Kapten Henry dan anak buahnya menyusuri
sungai Grand alih-alih sungai Missouri yang praktis sudah tertutup akibat serangan
suku Arikara tersebut. Perusahaan ini sendiri bergerak dalam usaha perdagangan
bulu yang pada masa itu merupakan bisnis besar dengan mempekerjakan ratusan
orang untuk berburu bulu. Sebelum itu bahkan sebuah iklan dalm Koran Missouri
Republican telah mengundang para pemuda untuk ikut bergabung.
Untuk para pemuda yang penuh semangat. Pemasang iklan ingin mengajak seratus pemuda untuk menyusuri Sungai Missouri hingga ke sumbernya, untuk dipekerjakan selama satu, dua, atau tiga tahun. Untuk mendaftar, dapat menghubungi Kapten Henry di dekat tambang timah di Washington, yang akan ikut serta dan memimpin langsung ekspedisi ini.
Pada misi dengan Kapren Henry
inilah Glass mengalami kemalangannya. Bertemu dengan beruang betina yang
menyerangnya membabi buta meski dia sendiri sudah sempat melepaskan tembakan
pada sang beruang. Dalam kondisi yang hampir mati, rekan-rekan Glass terpaksa
meninggalkannya di bawah penjagaan dua orang, Bridger bocah 19 tahun dan
Fitzgerald. Namun Fitzgerald yang memang bermental penjahat dengan tega memaksa
Bridger untuk meninggalkan Glass setelah sebelumnya melucuti semua milik Glass,
senjata Anstadt serta belati kesayangannya.
Mereka meninggalkannya. Pria yang terluka itu menyadarinya saat menatap si bocah lelaki, yang kemudian menunduk dan berpaling, tidak berani membalas tatapannya. (hlm.1)
Terluka oleh pengkhianatan
teman-temannya itu, Glass berjuang untuk tetap hidup, merangkak, menyusuri
pinggiran sungai, memakan apa saja yang bisa di makan untuk bertahan hidup
dengan luka di sekujur badan bahkan punggungnya ternyata sudah di makan
belatung tanpa disadarinya.
Singkat cerita, yang tentunya
endingnya bisa ditebak dengan mudah, Glass berhasil bertahan hidup, bertemu
dengan kedua orang yang meninggalkannya. Berusaha menuntaskan dendam yang
berkobar dihatinya, momen yang sudah begitu dinantikannya.
Secara keseluruhan buku ini cukup
menarik. Kisah petualangan Glass dirunut sehingga menarik untuk diikuti.
Sayangnya covernya sendiri agak kurang menarik, Cuma menampilkan kesan buram
yang mungkin disengaja agar seburam kisah Glass. Selain itu saya sempat
menemukan sedikit kesalahan penerjemahan yang terasa agak mengganggu karena
nama Pig yang senantiasa disebut Pig, namun sempat terselip diterjemahkan “you
know what-lah..” gak enak bilangnya hehehe…
Juga ada kisah Glass yang
tertulis menelepon kekasihnya Elisabeth. Padahal kisah ini berlatar tahun 1823,
sementara telepon baru ditemukan Antonio Meucci tahun 1849, atau bahkan
Alexander Graham Bell di tahun 1876.
Selain itu banyaknya tokoh yang
muncul sempat membuat agak bingung,, untunglah Glass mendapat porsi yang cukup
jadi bisa ditangkap sepenuhnya bahwa ini adalah kisah tentang pembalasan dendam
seperti judulnya.
Cat. : Review ini untuk mengukuti Project Battle Challenge #31HariBerbagiBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar