Judul : In Between
Penulis : Angelique
Puspadewi
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2015
224 hlm
Bagi Adelita, hanya Alvaro yang
bisa membuat dunianya berwarna. Membuatnya jatuh cinta hingga tergila-gila.
Tetapi karena pria itu atasannya di kantor , Adelita merasa minder. Mana
mungkin Alvaro membalas perasaanya? Akhirnya Adelita malah menjodohkan Alvaro
dengan sahabat baiknya, Keyla.
Tetapi ketika Alvaro jadian
dengan Keyla, Adelita malah terjebak dilema. Antara bahagia menyaksikan
kemesraan dua orang yang disayangi dan benci karena tak berdaya menanggung
derita patah hati.
Namun, bagaimana jika ternyata
Alvaro juga memendam perasaan yang sama terhadap Adelita?
Membaca sinopsis yang terdapat di
belakang buku di atas dengan mudah membuat kita menebak seperti apa jalan
cerita novel ini plus bagaimana kisahnya akan berakhir. Jenis ending yang mudah
ditebak tentunya.
Adalah seorang gadis, Adelita Suryadipradja,
27 tahun, seorang sekretaris yang bekerja di perusahaan multinasionalyang
bergerak di bidang property dan perumahan mewah. Awalnya dia adalah sekretaris
seorang Direktur Operasional, namun si Bapak meninggal dalam sebuah perjalanan
dinas, maka digantikanlah dengan Alvaro,
seorang Direktur muda lulusan Rusia, 32 tahun, dan lajang, dan tentu saja
segera menjadi favorit para pegawai cewek tak terkecuali Adelita yang langsung
mengidolakan sang boss. Singkat cerita dia jatuh cinta, mabuk kepayang bahkan
membuat dia jadi kurus. Lalu tiba-tiba muncullah Keyla, sahabatnya di masa SMA
dulu. Keyla melamar pekerjaan di kantor Adelita, diterima, dank arena kecantikannya
menjadi incaran para pria di kantor tak terkecuali salah seorang direktur don
juan, Edward.
Tak ingin sahabatnya Keyla jatuh
ke tangan yang salah, Adelita langsung berniat menjodohkan Keyla dengan bosnya
Alvaro. Di sini saya jadi heran kok kenapa Adelita begitu cepat berubah
pikiran. Nah lho bukannya dia yang jatuh cinta setengah mati sama bossnya, kok
dengan mudahnya ide itu terbersit di pikirannya bahkan dijalankannya pula ide
itu. Mudah sekali dia menyerah dan tak mempertahankan cintanya, padahal
disebutkan bahwa biasanya dia yang duluan menyambar bila ada pria cakep.
Satu lagi keanehan Adelita. Menurut
cerita, dia yang merubah penampilan Keyla di SMA dari anak yang culun menjadi
keren, tapi malahan kenapa dia kemudian minder dengan kecantikan Keyla. Argghh… Adelita memang pribadi yang aneh. Adelita yang terlalu baik hingga rela
mengorbankan perasaannya demi sang sahabat dan sang boss yang dipujanya.
Terkadang manusia ingin menjadi malaikat. Seperti lagu yang diciptakan Dewi Lestari. Malaikat tanpa sayap. Manusia dapat menjelma menjadi sosok malaikat dengan berbuat baik kepada orang lain. Tanpa pamrih. Melakukan hal-hal yang mungkin dalam mata manusia tidak mungkin, tetapi sanggup dilakukannya. (hlm. 49)
Lalu ternyata apakah perbuatan Adelita yang membohongi perasaannya
sendiri, tak jujur dan tak berani mengakui perasaannya itu bisa membuatnya
bahagia? Benarkah melihat sahabatnya bahagia adalah kebahagiaan juga baginya?
Hmmm… sepertinya siapapun yang kadang tak suka jujur dan menyembunyikan
perasaannya rasanya recommended untuk
membaca novel ini. Di sini kita dikenalkan akan sebuah penyakit yang mungkin
jarang di dengar. Psikomatis, penyakit yang berasal dari pikiran dan kemudian
mempengaruhi tubuh. Dan lalu, untuk menyembuhkannya ternyata mudah saja.
“Lalu apa yang harus saya lakukan?” tanyaku terbata. Air mata kembali merembes dari sudut mata. “Hanya kamu yang tahu. Ikuti suara hatimu. Itulah nurani yang akan membimbingmu menemukan jawaban.” (hlm.139)
Memang mudah kedengarannya,
tetapi ternyata sulit dilakukan. Sulit untuk memutuskan yang mana nurani.
Sebagian besar atau sebagian kecil. Itu yang dialami Adelita. Konflik batin Adelita
ini memang rumit namun menarik untuk kita ikuti. Kadang sebagian besarnya akan
membuat pembaca gemas, namun mungkin pula akan membuat kita prihatin sekaligus
pengen*puk-puk si Adelita.
Dari novel ini kita bisa belajar
tentang persahabatan namun juga lebih kepada kejujuran hati. Itu yang bisa saya
tangkap.
Membohongi diri sendiri lebih sakit dari cinta tak berbalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar