Halaman

Kamis, 30 Januari 2014

Carrie *Posting Bareng Secret Santa 2013




Judul : Carrie
Penulis : Stephen King
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Oktober 2013
256 hlm

Buku ini adalah salah satu hadiah dari Secret Santa saya.  Salah satu even yang diadakan BBI di akhir tahun kemarin, di mana sesama anggota saling berbagi kado buku.
Selesai membaca buku ini, saya tidak tau harus menulis apa. Rasanya hmmmm... Agak susah juga dijelaskan.
Hehehe..
Baiklah.. 
Carrie White, gadis 17 tahun yang menjadi korban bullying teman-temanya. Sebenarnya dia adalah remaja biasa. Ia gadis gemuk pendek dengan jerawat pada leher, punggung dan bokongnya.
Tapi yang membedakannya dari teman-temannya ialah dia mempunyai kemampuan telekinesis.
Tentu saja, tidak ada dari mereka yang tahu bahwa Carrie White berkemampuan telekinesis.    (hlm. 10)
Tentu saja saya meng-google tentang telekinesis sambil membaca buku ini. Intinya adalah telekinesis merupakan kemampuan untuk menggerakkan sesuatu obyek tanpa harus menyentuhnya. 
Bagaimana dengan Carrie? Kenapa dia bisa memiliki kemampuan itu?
Jika dianalisa, sepertinya hidup Carrie tertekan oleh ulah ibunya, Margareth White yang terlalu fanatik. Hal itu membuatnya ingin memberontak, dan setiap kali emosinya memuncak, terjadilah hal-hal aneh berkaitan dengan pikirannya. Kejadian awal bermula ketika dia berusia 3 tahun, terjadi hujan batu ketika dia dikurung Mommanya dalam lemari setelah dianggap bersalah karena berbincang dengan tetangganya yang berpakaian minim dan sedang berjemur di halaman belakang. Tentu saja itu adalah dosa besar menurut Momma.

Belum lagi ketidaktahuannya tentang haid sehingga membuatnya mendapat olok-olokan dari teman-temannya semakin menanamkan rasa benci dalam hatinya. (Untuk bagian ini saya sendiri sempat bingung, memangnya di sekolah tidak diajarkan pelajaran Biologi ya?)
"Momma!" jerit Carrie,"Momma tolong dengarkan! Ini bukan salahku!"
"Tundukkan kepalamu," kata Momma."Mari kita berdoa."
"Momma seharusnya memberitahu aku!"
                                                                                            (hlm. 61)
Hingga akhirnya di bagian klimaks pada malam prom. Ah, tidak usahlah diceritakan. Rasakan sendiri kengeriannya. Apa benar-benar akan membuatmu bergidik?
Sayang sekali, seperti kebanyakan pembaca lain, saya juga mengeluhkan terjemahannya, membuat saya jadi kurang nyaman membacanya.
 
Oh ya, saya jadi teringat Mathilda waktu membaca buku ini. Tapi bedanya Mathilda  meski masih kecil, dia mau belajar mengendalikan kemampuannya itu.

******






Yuhuuu........ Akhirnya tiba juga saatnya membongkar identitas sang Santa Rahasia.


Ternyata setelah memperhatikan clue dari si SS, kata 'utara' dan 'k kecil', langsung saja pikiran saya melayang pada Halmahera. Yakin deh, Santaku adalah mba Putri Utama. Betul kan?.......

Makasih banyak ya Mba Put... :)


Senin, 27 Januari 2014

Firebelly



Judul : Firebelly
           Novel Perjalanan Menuju Inti Pemikiran
Penulis : J. C. Michaels
Penerbit : PT Serambi
Cetakan I, September 2010
323 hlm


"..... kadang kehidupan kita dibelokkan oleh sesuatu yang begitu sederhana dan tidak penting seperti seekor katak buntung ... "

Awal melihat buku ini, dari sampulnya saya sempat merasa geli begitu melihat gambar kataknya, mengira ini adalah bacaan yang ringan, mungkin saja sebuah dongeng tentang katak. Tapi begitu mendekat dan membaca kalimat di bawah judulnya seperti di atas, maka pikiran saya langsung berbelok. Oleh karena itu, akhirnya buku ini terus saja tertunda untuk dibaca. Hingga akhirnya ketika sedang banyak waktu libur di bulan ini, saya mencoba untuk melanjutkan membacanya. Beberapa bulan yang lalu saya memang hanya sempat mebaca pengantarnya. Di bagian depan, kita di beri tiga macam pengantar; pengantar anak-anak, pengantar remaja, dan pengantar dewasa. Tentu saja saya membaca ketiganya. :)

Kehidupan memiliki banyak tepi yang kasar: tepi yang membawa kita mendekat seperti tebing di atas ngarai yang menarik, tepi yang mendorong kita menjauhi tutup bergerigi dari kaleng logam yang terbuka. (hlm.35)
Selanjutnya, dimulailah kisah tentang Firebelly. Dia adalah seekor katak kecil dengan perut berwarna merah api. Namun sayang sekali, dia hanya memiliki 2 kaki. Buntung di depan, dan buntung di belakang. Bagian ketika dia menceritakan kondisinya ini sempat membuat saya terbahak. :D... Bukan.. bukan... bukan saya menertawai kondisinya itu. Tentu saja tak baik bila menertawakan kondisi cacat seseorang, ataupun meski itu hanyalah seekor katak. Tapi caranya bercerita sungguh lucu. Pada bagian ini akhirnya dia mampu membuat saya tidak ikut-ikutan sedih, meski saya tetap saja prihatin. Tapi itulah Firebelly.

Kamu pikir ini lucu? Bagus. Aku suka bercanda karena jika aku tidak menertawakan diri sendiri, aku menangis. (hlm. 41)
Tinggal di dalam wadah di sebuah toko hewan, Firebelly dan kawan-kawannya menanti saat-saat di mana orang-orang mendekati wadah begitu dekat dengan membuka dan menutup mulut mereka, dan kemudian bunyi tuk-tuk yang berarti mereka mengetuk-ngetuk dinding wadah tersebut mengakibatkan kerikil beterbangan mengenai para katak, dan bahkan kemudian saat-saat ketika mereka akhirnya di ciduk dengan sebuah jaring kemudian di bawa entah ke mana. Hal yang awalnya menakutkan bagi Firebelly, namun berkat pertemanannya dengan seekor katak tua membuat dia akhirnya mendapatkan keberaniannya untuk kemudian melompat ke dalam jaring. Meski itu berarti dia akan pergi ke sebuah dunia yang baru, yang tentu saja sangat asing baginya, namun dengan membawa mimpi serta rasa ingin tahu tentang dunia liar yang diketahuinya dari sang katak tua.

Kehidupan Firebelly akhirnya di mulai, dengan nama baru  MP alias si Missing Pieces. Ini adalah hari yang sarat petualangan mendebarkan, sukacita yang meluap-luap, dan penemuan luar biasa - dari ketakutan dan kesedihan berubah menjadi kegembiraan , tawa, dan limpahan keceriaan. (hlm. 109)

Membaca kisah Firebelly ini yang awalnya saya pikir merupakan bacaan berat ternyata sangat jauh dari perkiraan saya semula. Firebelly dengan caranya sendiri mampu membuka pikiran saya tentang bagaimana kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan berat dalam hidup. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari dalamnya, dan bahkan banyak pula quote-qoute menarik yang bisa kita temukan.

Aku hanya mengambil pilihan, untuk meloncat pada sesuatu yang lebih besar daripada diriku sendiri, dan untuk sekali saja seumur hidupku, tidak ingin melihat ke belakang. (hlm. 306)



Submitted for : Baca Bareng BBI - Jan 2014 Thema Fabel









Sabtu, 18 Januari 2014

Dua Belas Pasang Mata





Judul asli : Nijushi No Hitomi
Penulis : Sakae Tsuboi
Diterjemahkan dari Bahasa jepang oleh Akira Miura
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2013
248 hlm

Kisah tentang seorang Ibu Guru dan kedua belas muridnya sejak awal mereka masuk sekolah sampai menjadi dewasa.

Yap, benar. Sesuai dengan kalimat di sampul buku, ini adalah kisah tentang seorang Ibu Guru muda bersama dengan kedua belas muridnya. Miss Oishi namanya, dia masihlah sangat muda ketika pertama kalinya ditugaskan untuk mengajar di sebuah desa nelayan yang berada di Laut Seto. Sebuah desa kecil dengan penduduk kurang lebih 100 KK. Letaknya di ujung sebuah tanjung. Karena lumayan jauh, dia harus naik sepeda dari rumahnya ke sekolah. Saat itu bukanlah hal lazim bagi seorang wanita untuk mengendarai sepeda. Apalagi Miss Oishi ke sekolah dengan mengenakan pakaian modern yang mereka sebut pakaian Barat, membuat anak-anak bahkan masyarakat di situ terheran-heran dengan kemunculan Miss Oishi saat pertama kali. Mereka menyangka Ibu Guru yang baru akan datang dengan berjalan kaki sambil terseok-seok.
Sepeda itu dibelinya lewat seorang teman baik, anak perempuan penjual sepeda, dengan cicilan 5 bulan. Berhubung tidak memiliki pakaian yang pantas, dia mencelup kimono ibunya yang terbuat dari bahan kepar dengan warna hitam, dan menjahitnya sendiri menjadi setelan, walaupun jahitannya tidak begitu bagus. (hlm. 28)

Oh, seandainya saja masyarakat tahu hal tersebut, tentu mereka tak akan mengatainya "sok Barat".
Kisah tentang Miss Oishi ini sendiri di mulai pada 4 April 1928. Tentu saja itu adalah masa-masa perang. Hidup pastilah sangat sulit ketika itu. 
Miss Oishi ditugaskan untuk mengajar siswa kelas 1. Mengajar 12 orang murid kelas satu dengan aneka karakter tentunya merupakan tantangan berat baginya. Namun  dia berhasil menguatkan diri dan menjalankan tugasnya itu dengan penuh tanggung jawab.
Murid-muridnya terdiri dari : Kotsuru Kabe, Masuno Kagawa (Mahchan), Kotoe Katagiri, Matsue (Matchan) Kawamoto, Fujiko Kinoshita, Misako (Miisan) Nishiguchi, Sanae Yamaishi, Nita Aizawa, Isokichi (Sonki) Okada, Tadashi (Tonko) Morioka, Takeichi Takeshita, dan Kichiji (Kitchin) Tokuda.
Mengapa saya menuliskan nama-nama mereka? Soalnya bagi saya sendiri begitu sulit menghafal nama-nama Jepang yang kedengaran begitu ribet di telinga saya.  x_x

sumber

 Dan karena seperti dituliskan di atas, bahwa ini adalah kisah mereka dari awal sekolah hingga dewasa, jadilah saya melirik catatan nama-nama tersebut setiap kali nama seorang murid disebut, dan menandainya sesuai dengan kisah dan karakternya.
Hubungan antara Miss Oishi dengan murid-muridnya lama-kelamaan menjadi sangat erat. Terbukti saat Miss Oishi mengalami kecelakaan, sehingga dia tidak dapat pergi mengajar, anak-anak kelas 1 itu bersama-sama berjalan kaki ke kampung Miss Oishi di desa pohon pinus untuk mengunjunginya, padahal tak seorangpun dari mereka yang pernah ke sana sebelumnya, dan jaraknyapun lumayan jauh yakni sekitar 8 km.
Meski kemudian Miss Oishi tak lagi mengajar mereka setelah itu, karena beliau pindah ke sekolah di desa utama, namun 4 tahun kemudian mereka bertemu lagi karena anak-anak desa nelayan tersebut harus bersekolah di desa utama ketika naik kelas 5 SD.
Hal yang sama pernah saya alami sendiri. Dulu saya bersekolah di SD di sebuah pinggiran kota yang merupakan cabang dari sebuah SD di kota. Dan ketika kami naik ke kelas 6 SD, kami harus pindah ke SD utama di kota. Jadi saya bisa membayangkan bagaimana perasaan anak-anak itu ketika mereka pindah. Tentu sama dengan perasaan kami dulu, antara senang, tapi juga takut-takut dan merasa minder dengan anak kota.
Beragam kisah unik tentang masing-masing murid, kerasnya perjuangan hidup yang harus mereka alami di jaman perang itu, dan bukan hanya mereka, Miss Oishi sendiri juga harus berjuang dalam hidupnya.

"Kalau kau tidak mau menjadi satu-satunya anak yang pergi dengan memakai kimono, jangan berangkat. Kau mesti pilih, mau pergi atau mau blus.Bagaimana?"   (Ibu Sanae, hlm.142)
"Tahun depan, adik saya Toshie akan masuk ke sekolah utama. Kalau saya masuk sekolah lanjutan di sini, siapa yang akan memasak makan malam di rumah? Lain kali saya yang mesti memasak."  (Kotoe, hlm. 153)

Miss Oishi sendiri sangat tak menyukai perang. Meski tak dituliskan dalam buku ini bagaimana tentang perang itu sendiri. Namun akhirnya ketika Jepang kalah di tahun 1945, akhirnya dia bisa merasa lega. Dia tidak sedih meskipun kalah, karena itu berarti perang telah berakhir, tak ada lagi tentara yang harus mati di medan perang. Orang-orang yang masih hidup akan pulang.
Dan ketika akhirnya, ibu guru itu kembali lagi mengajar di desa tanjung, kali ini mengajar anak dari anak muridnya yang terdahulu, perasaan sentimentil dan kenangan sebagai seorang guru terhadap murid-muridnya yang terdahulu tetap muncul membuat dia dijuluki Ibu Guru Cengeng. Tentunya hal ini menunjukkan pada kita tentang bagaimana pengabdian seorang guru yang berjuang demi murid-muridnya. Memang, guru yang penuh pengabdian seperti ini layak untuk kita sebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Berkenaan dengan novel Laskar Pelangi, saya memang membaca Laskar Pelangi duluan dari pada buku ini. Namun sebelum Laskar Pelangi, saya malah membaca duluan kisah tentang Totto chan. Jadi saya malahan mengira dulu, jangan-jangan Bang Andrea mendapat ide dari Totto chan itu. Ah, tak usahlah memusingkan hal itu. Yang pasti, pesan moral dari buku ini sangat jelas.
"Ibu Guru baik sekali kepada saya selama bertahun-tahun ini. Sekarang saya mesti berpamitan." (Isokichi, hlm. 169)


Jumat, 10 Januari 2014

Christmas Miracles



Judul Buku : Christmas Miracles
                    Kumpulan kisah nyata tentang keajaiban Natal penuh inspirasi
Penulis        : Brad Steiger
                    Sherry Hansen Steiger
Alih Bahasa : Rosida W. Simatupang
Penerbit      : PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia
Cetakan Pertama, 2013

Kisah Natal diawali oleh berbagai kejadian ajaib yang tentu saja membuat kita kagum, dan menyadari kebesaran kuasa Tuhan dalam melakukan mujizat yang besar itu. Seperti tertera dalam kitab Injil, di mana Maria yang masih perawan mengandung Putra Kudus Yesus Kristus, keajaiban kelahiranNya di kandang domba yang disaksikan oleh para gembala, bahkan juga perjalanan tiga orang majus yang bijak dari Timur yang dituntun oleh bintang ketika mereka pergi untuk menyembah Yesus. Dan kisah keajaiban Natal itu tetap ada dan bahkan terus saja terjadi hingga sekarang ini.

Dan dalam buku ini dihadirkan bermacam-macam peristiwa ajaib yang terjadi baik bagi sebuah pribadi maupun keluarga yang tentu saja menarik untuk disimak. Diawali dengan kisah seorang pastor yang menyesali nasibnya ditempatkan di daerah pedalaman sehingga merasa ditinggalkan Tuhan, namun seorang wanita yang muncul tiba-tiba dalam ibadah Natal serta menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah membuatnya seketika tersadar, sehingga dia mampu melanjutkan pengabdiannya dengan penuh kegembiraan selama 15 tahun berikutnya.