Judul : Sidney
Sheldon’s The Tides of memory (Gelombang Kenangan)
Penulis : Tilly
Bagshawe
Alih Bahasa : Harisa
Permatasari
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Jakarta. 2016
592 hlm
Alexia De Vere dikenal di Inggris
sebagai Wanita Bertangan Besi yang baru, politisi tidak popular yang kemudian
menjadi Menteri Dalam Negeri dan salah satu politisi paling berpengaruh.
Sebagai istri aristocrat kaya Teddy De Vere, Alexia menyembunyikan masa lalu
dari diri sendiri dan suaminya, yang sangat ia cintai serta berjasa besar dalam
karier politiknya yang cemerlang. Akan tetapi, tidak semua hal berjalan mulus
dalam hidupnya. Putri Alexia, Roxie, wanita getir yang terkungkung kursi roda
setelah gagal bunuh diri, menyalahkan Alexia karena menghancurkan hidupnya.
Putra Alexia yang memesona, Michael, mempertaruhkan nama baik keluarga untuk
mewujudkan mimpinya. Situasi mulai tak terkendali ketika masa lalu membayanginya
untuk membalas dendam.
Seseorang di luar sana ingin
menghancurkan hidupnya, kariernya, teman-temannya, dan keluarganya. Akankah
Alexia selamat dari serangan gelombang kenangan?
Alexia mereguk puncak kehidupan
politiknya dengan melenggang menjadi Menteri Dalam Negeri di Inggris tanpa
perlu usaha yang berat. Jabatan yang paling bagus tentu saja, setingkat di
bawah Perdana Menteri. Hanya karena dia mengetahui aib sang Perdana Menteri dan
sang PM sendiri ketakutan Alexia akan membongkarnya, maka disogoklah Alexia
dengan pemberian jabatan tersebut. Setiap orang memang memiliki aib pun masa
lalu yang dibungkus rapat-rapat dan tak ingin dipertontonkan untuk menjadi
konsumsi publik.
Demikian pula pada Alexia, di
usianya yang menjelang 60 tahun, karier politik yang luar biasa, tampak dari luar
kehidupan keluarganya kelihatan normal-normal saja. Tak ada yang tahu bahwa
dalam keluarga mereka juga masing-masing memiliki rahasia sendiri-sendiri.
Alexia meski sangat mencintai suami dan anak-anaknya, tapi dia juga mempunyai
rahasia masa lalu yang kelam. Bahkan dia meninggalkan identitasnya yang lama
dan menjadi pribadi yang baru selepas sebuah kejadian yang mengguncangnya di
masa mudanya. Tentu saja dia mengira bahwa tak ada seorangpun yang akan
mengetahui hal tersebut. Tapi ternyata di masa jayanya sebagai sang menteri,
muncullah ancaman dari orang-orang yang tak menyukainya dan bahkan juga secara
misterius ada ancaman masa lalu yang membayanginya. Alexia meski sebenarnya
karakternya kuat dan penuh percaya diri, ternyata akhirnya tak mampu bertahan
menghadapi rentetan kejadian buruk yang menghantamnya. Untunglah dia punya tempat
curhat, sahabatnya Lucy Meyer. Dia adalah sahabat keluarga sekaligus teman
terbaik Alexia, bahkan mereka berniat menjodohkan putra putri mereka, Teddy dan Summer.
Menjadi seorang pejabat publik
memang tak mudah. Ada banyak intrik yang mengintai. Bagi Alexia sendiri jika
serangan hanya tertuju pada dirinya, dia masih punya kekuatan untuk menghadapinya,
walaupun serangan itu dalam bentuk percobaan pembunuhan dirinya ataupun telepon
misterius. Tapi lain halnya jika serangan
itu mulai tertuju pada ranah keluarganya. Orang-orang yang dicintainya
meski dia tak memperlihatkannya dengan jelas, akan dilindunginya sekuat tenaga.
Orang-orang yang ternyata pun juga memiliki rahasia besar yang disimpan
masing-masing, dan tentunya dengan maksudnya sendiri-sendiri.
Membaca novel ini meski dengan
jenis font yang agak kecil, tapi tetap membuat penasaran hingga akhir. Seperti
novel suspense pada umumnya, ada twist di akhir cerita yang kadang tak bisa diperkirakan. Dengan
alur yang cepat membuat kita tetap menikmati kisah-kisah yang bergulir. Tak
membutuhkan waktu lama bagi saya untuk menghabiskannya karena menarik untuk
diikuti serta memang saya adalah penggemar berat novel suspense.
Novel ini lebih menekankan
tentang hubungan keluarga. Pesan yang dapat saya tangkap adalah bagaimana
semestinya kejujuran itu perlu dalam menjalani sebuah keluarga. Cinta saja tak
cukup karena itu bahkan dapat menjadi boomerang jika tak didasari dengan
kejujuran. Dan lagi, pertalian darah kerap akan lebih mengikat meski ada rasa saling
membenci. Kebencian itu akan pupus sejalan dengan kasih sayang keluarga yang
tak akan pernah sirna.
Hiduplah untuk hari ini. Mencintai untuk hari ini. Memaafkan untuk hari ini. (hlm. 578)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar