Judul : Riana : I’m
the other woman
Penulis : Fitri Mardhi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2015
176 hlm
NIEN :
Nien tidak membalas pagutan bibir Sam, pun tidak menolaknya.
Nien hanya diam. Membayangkan Lena. Membayangkan pipinya yang merona setiap
membicarakan Sam. Membayangkan matanya
mencuri-curi pandang kea rah Sam.
NA :
“Brain is the sexiest
part of a man’s body. And you have a brain, Sir, one of the best among all.”
Na menyebutkan itu sambil mengerling manja pada Lukman. Hanya jam terbang
Lukman yang tinggi dalam menghadapi perempuan yang membantunya tidak tersedak
mendengarpernyataan seintimidatif itu.
RIE :
Jujur, sebenarnya aku lebih menikmati pembicaraan kami via
Yahoo! Messenger. Di dunia maya aku bebas mendeskripsikan mimic dan wajah Adit
sesukanya. Dan kalau suatu saat aku mati gaya, pembicaraan bisa ditunda dengan
alasan ketiduran, ada telepon masuk, atau sinyal yang sedang tidak bersahabat.
RIA :
Yang terbayang dalam pelupuk mata Ria hanyalah Bagas. Bagas
yang tidak ganteng. BAgas yang tidak gaul. Bagas yang gendut. Bagas yang aneh.
Bagas yang nerd. Bagas yang
menorehkan nyaman dan tidak mau pergi dari pikiran Ria.
AYA :
Aku lalu menatap laki-laki dihadapanku dengan saksama.
Mencari-cari keindahan di wajahnya,
menganalisis seberapa tinggi tingkat keenakannya untuk dilihat, dan
berharap ada hal yang cukup bagus untuk menjelaskan kegemaranku pada lelaki
ini.
Tidak ada.
Namaku Riana.
Aku mengenal mereka
semua.
Awal membaca novel ini, saya sudah membaca sinopsis di
belakang buku di atas, dan tentu saja tak mengira kalau kesemuanya adalah lima
kisah yang kemudian saling berkaitan. Lihatlah, lima nama berbeda dengan kisah
yang berlainan pula. Hanya dengan satu tema yang menunjukkan keberadaan kesemuanya sebagai
wanita lain ataupun wanita ketiga dalam setiap cerita.
Riana Sekar Silitonga nama lengkapnya. Punya banyak kisah
dalam hidupnya. Awalnya dia punya Arya kekasih yang ternyata kemudian
meninggalkannya membuatnya mengalami kekecawaan yang dalam.
Pelan tapi pasti Arya meningglakanku. Tidak terkata hancurnya aku saat itu. (hlm. 158)
Lalu dia bekerja sebagai penyiar radio, berkenalan dengan
Sam, Lena dan Ivan. Awalnya dia akan menjadi mak comblang untuk Lena dalam
mendekati Sam. Namun yang ada malahan Sam ternyata menyukainya. Bukan Lena
seperti yang direncakanan. Maka pergilah ia, meninggalkan karier dan pershabatan
yang baru dimulainya.
Kemudian ada kisah Lukman, lelaki setengah baya yang
mengharapakan Na menghabiskan sisa hidup bersamanya.Lukman yang seorang
managing director perusahaan yang memiliki beberapa pusat perbelanjaan besar di
Jakarta, sudah berkeluarga malahan. Sedangkan Na adalah perencana bisnis alias
konsultan untuk perusahaan Lukman.
Setelah semua tugas Na selesai, perempuan itu pamit. Meninggalkan kariernya yang sedang menjulang, meningglakan dunia yang baru saja mulai akrab dengan kesehariannya. (hlm. 61)
Selanjutnya ada Adit Pradipta, teman kuliah Rie. Bertemu di
dunia maya kembali setelah sekian lama, terus menjalin perbincangan sebagai
teman yang menolongnya melewati insomnia setiap malam. Dan lalu istri Adit
menelpon.
Aku memutuskan telepon dan kembali menikmati siomayku bersama Rury. Aku langsung menghapus ID Yahoo! Messenger, nomor telepon, alamat email, dan semua yang berhubungan dengan Adit. (hlm. 91)
Masih ada Bagas, teman Ria semasa SMA, bertemu dalam pesta
pernikahan seorang teman. Menjadi akrab kemudian. Dan lalu ibu Bagas datang
menghancurkan semuanya. Bagian ini banyak saya skip karena agak membosankan.
Terakhir ada Teddy,
kawan yang selalu siap membantu.
Membaca kesemua kisah ini pasti tidak akan mengira di mana
jalinan kisah itu menuju. Untunglah kadang ada tersemat nama Rury di beberapa
kisah. Ini yang menjadi pedoman saya bahwa pasti ada hubungan di antara
semuanya. Karena kalau tidak, ini hanya akan terlihat seperti kumpulan cerita pendek
dengan tema wanita ketiga.
Tapi ternyata Riana Sekar Silitongalah yang menyatukan
semuanya. Riana yang malang menurut saya. Bahkan menurut Rury dia mengidap bipolar disorder, yang jika diartikan
kurang lebih merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan perubahan
mood atau suasana hati secara tiba-tiba. Akan tetapi jika dirunut berdasarkan
kisah-kisah tersebut, sebenarnya dia hanya kebetulan saja mengalami semua itu. Bukan
sesuatu yang muncul karena perubahan sikapnya, namun karena dia selalu berada pada situasi ataupun pria
yang kurang tepat.
“Good things will come to those who wait. Embrace yourself. Have fun. It’s not like the world will end when you don’t have a man at your side.” (hlm. 173)
Secara keseluruhan novel ini cukup menarik bagi saya, meski
seperti saya bilang di atas ada sedikit kebosanan di tengah-tengah. Namun lewat
penuturan yang terasa enak di awal membuat saya penasaran untuk
menghabiskannya. Dan benarlah rasa penasaran saya terjawab hingga menutup buku.
Jadi novel ini saya rekomendasikan buat para jomblo, sepeti saran Rury di atas.
Saya yang bukan jomblo, tetep boleh baca, kan? :D
BalasHapus