Halaman

Sabtu, 29 Juni 2013

Kasih yang tulus (buku I)




Judul Asli : Forgiving
Penulis : LaVyrle Spencer
Alih Bahasa : Dra. Sri Hasta Palupi
Penerbit : Alice Saputra Communications Co.
Jakarta, 1996
417 hlm


Sarah
Ia datang ke Deadwood, kota barat yang kasar dan kacau, dengan mimpi ambisius menerbitkan sebuah surat kabar. Tetapi perjalanannya mempunyai tujuan yang lain ... menemukan adiknya dan memulihkan ikatan keluarga yang berantakan bertahun-tahun yang lalu, ketika Addie kabur dari rumah dengan hati yang menderita... dan tanpa penjelasan.

Noah
Gagasan perempuan keras kepala ini yang menjungkirbalikkan kotanya menjengkelkan Sherif Campbell. Tetapi ada sesuatu pada diri sarah yang tidak dapat di tolak penegak hukum ini. Jauh di dalam hatinya, ia ingin memperlakukan perempuan ini sebagai wanita terhormat. Tetapi di luar, ia tetap mempertahankan citra-dirinya yang keras... dan memberinya sambutan selamat datang yang keras..

Dua orang yang keras kepala, Sarah dan Noah menemukan keindahan cinta yang abadi... ketika hati belajar melupakan masa lalu memulai kehidupan baru ...

Sinopsis di atas yang terdapat di belakang novel ini membuat saya cukup penasaran hingga akhirnya memutuskan untuk membelinya. Meski saat saya beli sudah tidak terbungkus plastik dan kertasnya sendiri sudah berwarna kekuningan dengan aroma khas kertas lama, namun tidak memutuskan hasrat saya untuk tetap membeli sekaligus dengan jilid 2-nya. Dan pantas saja kertasnya sudah kuning, karena ternyata buku ini terbitan tahun 1996, yang berarti 17 tahun yang lalu. 
Mengisahkan tentang Sarah Meritt, seorang gadis muda yang meninggalkan kotanya setelah ayahnya meninggal untuk berangkat ke daerah barat yakni ke wilayah Dakota tepatnya ke kota Deadwood. Deadwood sendiri merupakan sebuah kota dengan penduduk mayoritas kaum adam karena adanya daerah pertambangan di tempat tersebut. Jumlah penduduk wanita amat sedikit, sehingga kedatangan Sarah merupakan sebuah keajaiban bagi penduduk kota tersebut. Jarang-jarang mereka bisa melihat makhluk yang berjenis kelamin wanita, kecuali istri pemilik toko ataupun pasangan-pasangan resmi. Dan kebanyakan dari mereka harus mengunjungi Rose's, rumah tempat para wanita penghibur jika ingin memuaskan keinginan mereka yang "satu" itu. Mata uang yang digunakan juga cukup unik yakni dengan menggunakan serbuk emas yang di timbang. 
Dengan di bantu Patrick Bradigan dan Josh, Sarah memulai usahanya di kota tersebut yakni penerbitan surat kabar Chronicle Deadwood. Meski agak kesulitan di awal dengan menghadapi berbagai rintangan, namun perlahan usahanya terus berkembang. Kesulitan yang didapatkan terutama berhubungan dengan sang Sherif  yakni Noah Campbell yang terus saja seakan menampakkan sifat permusuhan dengannya. Begitu banyak konflik terjdai di antara mereka, terutama di mulai karena Sarah pertama kali bertemu Noah di Rose's saat Sarah mencoba mencari adiknya. Meski dia cukup terguncang begitu tahu bahwa adiknya Addie ternyata bekerta di Rose's bahakn sudah mengubah namanya menjadi Eve, tak membuat Sarah patah semangat untuk terus mengajak Addie meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan hidup bersamanya. Sayang sekali ajakan Sarah selalu di sambut dingin oleh Addie dan bahkan tak pernah dihiraukannya. 
Sementara itu konflik antara Sarah dengan sang sherif perlahan mulai melunak ketika mereka berdua bahu-membahu membantu masyarakat ketika wabah cacar air melanda. Dan mereka bahkan semakin dekat ketika menjelang Natal, di mana Sarah berperan dalam acara Natal melatih anak-anak dan bahkan bernyanyi bersama Noah. 
Alur cerita antara Sarah dan Noah di buat dengan begitu hangat, dan cukup mengaduk-aduk emosi. Saya suka dengan latar waktu yang digunakan yakni di sekitar tahun 1876, mengingatkan saya akan buku-buku Laura Ingalls yang juga mengambil setting waktu sekitar tahun tersebut dan juga wilayah barat Amerika. Membuat saya membayangkan sang sherif yang berkumis panjang dengan wajahnya yang berbintik-bintik dan mengenakan topi Stetson. Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik buat saya, membuat saya sangat penasaran untuk melanjutkan ke buku kedua. Bahkan novel romance ini menyelipkan pesan moral tentang ikatan keluarga yang tidak akan pernah terputus meski ada bayangan masa lalu yang kelam.



Selasa, 18 Juni 2013

Don't Tell (Luka Masa Lalu)



Judul Asli : Don't Tell
Penulis : Karen Rose
Penerjemah : Nyi Indah Kristianingsih
Penerbit : Dastan
Cetakan I, 2010
544 hlm

Mary Grace Winters adalah seorang wanita muda korban KDRT dari suaminya. Dia baru saja berusia 15 tahun saat mengandung anak pertamanya. Karena terlanjur hamil, orangtuanya memaksanya untuk menikah dengan pemuda tersebut. Sayangnya dia bukanlah pemuda baik seperti yang seharusnya. Meski kemudian dia menjadi anggota polisi, namun kelakuannya ternyata tidak mencerminkan sikap seorang aparat yang seharusnya melindungi masyarakat. Malahan berkali-kali Mary menjadi korbannya, namun tidak pernah ada yang tahu kejadian-kejadian itu. Tak terhitung sudah berapa banyak tulang yang patah, luka bakar akibat sundutan rokok, dan memar-mear di seluruh tubuh. Hingga akhirnya suatu ketika Mary di dorong dari atas tangga dan mengalami kelumpuhan. Setelah keluar dari Rumah Sakit, Mary terus berusaha menguatkan dirinya. Berlatih sendiri karena suaminya tak mengijinkan untuk ke Rumah Sakit lagi menjalani terapi, hingga akhirnya dia merasa kuat untuk melarikan diri dan membawa anaknya.
Di Chicago dia memulai hidup barunya, hingga akhirnya dia menjadi sekretaris  seorang Profesor Sejarah. Dia mengubah warna rambutnya dan mengubah pula namanya menjadi Caroline Stewart. Dan dia mulai jatuh cinta dengan bos barunya Max yang juga memiliki masa lalu kelam. Sementara itu di Ashville, kota lamanya, kasus dirinya yang menghilang tiba-tiba kembali di buka setelah polisi menemukan mobilnya yang tenggelam di dasar danau. Suaminyapun tak ketinggalan untuk memburunya kembali, karena Winters sendiri sangat terobsesi pada anaknya itu. Beberapa korban mulai berjatuhan, seiring dengan pencarian sang istri. Namun rekan-rekannya para polisi, juga terus bekerja mengejar dia. Sayangnya mereka selalu terlambat selangkah daripada Winters.
Secara keseluruhan novel suspense romantic ini menurut saya agak datar. Diceritakan secara bergantian antara kota Ashville dan Chicago, tidak membuat novel ini menjadi berat. Sepertinya kita dengan mudah menebak alur cerita, ke mana pembaca akan di bawa. Bahkan terasa agak berlama-lama di bagian akhir cerita, padahal sudah ketahuan endingnya seperti apa. Namun saya suka dengan tema yang di angkat. Kekerasan dalam rumah tangga memang begitu sering terjadi. Begitu banyak kejadian di setiap rumah tangga yang terjadi tanpa orang lain yang tahu, bahkan tetangga atau teman terdekat tidak ada yang tahu. Nanti setelah ada korban baru sebuah kasus muncul di permukaan. Padahal biasanya kejadian itu sudah berlangsung sekian lama di depan mata mereka.