Judul : Pembunuhan
di Pondokan Mahasiswa
(Hickory Dickory Dock)
Penulis : Agatha
Christie
Alih Bahasa :
Julanda Tantani
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kelima, Agustus 2014
320 hlm
Cerita ini berhubungan dengan
sekretaris Poirot yang cekatan, Miss Lemon. Felicity Lemon yang sangat efisien
suatu hari membuat kesalahan saat mengetik surat yang sederhana—yang tidak
pernah terjadi sebelumnya. Itu karena Mrs. Hubbard, adiknya yang baru kembali
dari Singapura, menjadi matron—pengurus—di pondokan mahasiswa milik Mrs.
Nicoletis di Hickory Road.
Ternyata telah terjadi
serangkaian pencurian di sana: sepatu pesta (masih baru dan hanya sebelah),
gelang (perhiasan imitasi), cincin berlian (ditemukan di piring sup), kotak
bedak, lipstick, stetoskop, giwang, pemantik, celana flannel yang sudah using,
bola lampu listrik, sekotak cokelat, syal sutera (ditemukan tercabik-cabik),
tas ransel, bubuk boraks, garam mandi, dan resep makanan.
Poirot tak pernah membayangkan Miss Lemon mempunyai seorang ayah, ibu, atau bahkan nenek dan kakek. Betapapun, Miss Lemon kelihatannya betul-betul terbuat dari mesin—bisa dibilang ia itu mesin yang canggih—jadi bayangan bahwa ia mempunyai rasa kasih sayang, atau kecemasan, atau persoalan-persoalan keluarga kelihatannya agak tak masuk akal. (hlm. 6-7)
Jadi ketika Miss Lemon melakukan
kesalahan karena resah memikirkan adiknya, Poirot tertarik terhadap masalah
yang dihadapi Mrs. Hubbard, adik Miss Lemon itu. Meski sebenarnya Poirot tak
mau mengakui bahwa akhir-akhir ini dia agak mosan dan jemu, jadi kasus apapun
yang tak menarik dan kelihatan tak penting pasti akan menarik baginya.
Memulai penyelidikannya, Poirot
mengundang Mrs. Hubbard utnuk minum teh bersamanya. Jamuan minum teh mewah
bergaya Inggris sangat pas untuk sekaligus mewawancarai Mrs Hubbard tentang apa
yang terjadi di pondokan tersebut. Dengan catatan yang akurat, Mrs Hubbard
menyebutkan setiap benda yang hilang secara misterius tersebut. Selanjutnya Poirot
langsung melanjutkan penyelidikan di TKP dengan berpura-pura datang sebagai
penceramah tentang teori dan praktik penyelidikan yang berhasil, dengan
menunjukkan beberapa kasus kriminal yang terkenal. Setelah menyampaikan
ceramahnya, Poirot bisa memperhatikan dan mengenali para penghuni pondokan
secara langsung. Ada begitu banyak anak muda yang menghuni pondokan tersebut.
Ada Len Bateson, seorang
mahasiswa kedokteran, dan stetoskopnya dicuri.
Colin McNabb—dia mengambil gelar
pascasarjana di bidang psikiatri, pemuda yang agak sombong, kehilangan celana
panjang flannel yang usang.
Nigel Chapman, pemuda yang sedang
mempelajari sejarah abad pertengahan dan Bahasa Italia di Universitas London .
Elizabeth Johnston, gadis yang
berasal dari India Barat, yang sedang belajar ilmu hokum. Dia mendapati mejanya
ketumpahan tinta.
Valerie Hobhouse, gadis berkulit
gelap yang bekerja di salon kecantikan, syal sutra miliknyalah yang dicuri dan
ditemukan tercabik-cabik.
Patricia Lane, gadis berkacamata
yang belajar di bidang arkeologi, cincinnya yang hilang itu adalah milik ibunya
dulu.
Celia Austin gadis yang bekerja
sebagai ahli obat di Rumah Sakit St. Catherine.
Jean Tomlinson yang juga bekerja
di Rumah sakit St. Catherine sebagai fisioteriapis.
Sally Finch, orang Amerika yang
kuliah atas beasiswa Fullbrite, pemilik sepatu pesta yang sebelahnya dicuri.
Genevieve Maricaud yang sedang
belajar Bahasa Inggris, sama halnya dengan Rene Halle.
Mr. Chandra Lal dan Mr.
Gopal Ram mahasiswa asing dari India,
Miss Reinjeer yang datang dari Belanda.
Mr. Achmed Ali, orang Mesir yang
tergila-gila pada politik.
Mr. Akibombo, pemuda ramah yang
berkulit hitam dan berasal dari Afrika.
Dan jangan lupakan ada Mrs.
Nicoletis sang pemilik pondokan dan Geronimo serta Maria istrinya sang pelayan
Italia. Begitu banyak tokoh dan karakter yang harus dikenali dan digali oleh
Poirot. Hingga akhirnya Poirot menyampaikan pendapatnya bahwa Mrs Hubbard atau
Mrs. Nicoletis harus memanggil polisi. Pernyataan yang membuat mereka semua
terdiam.
Kehebohan sebenarnya akhinya
muncul di mana seorang penghuni pondokan itu ditemukan meninggal. Dia dikira
sangat tertekan hingga akhirnya bunuh diri dengan meminum morfin. Dan lalu ada
lagi korban berikutnya. Dengan semangat Poirot menelusuri dan membongkar kasus
yang muncul di pondokan mahasiswa ini.
Hickory dickory dock diambil dari
puisi atau lagu anak-anak yang juga merupakan nama pondokan tersebut yang di
ambil dari nama jalannya. Dengan banyaknya tokoh yang muncul, agak sulit juga
menebak siapa pelaku kejahatan dalam novel ini. Namun hal ini juga sempat
membuat saya bosan dan berhenti membaca di tengah-tengah buku. Tapi rupanya
rasa penasaran mengalahkan rasa bosan saya sehingga saya melanjutkan untuk
menyelesaikan untuk menemukan sang penjahat. Ah, sel-sel kelabu milik Poirot
memang senantiasa menakjubkan. Salut untuk Poirot dan Agatha Christie tentunya,
yang berhasil menyelesaikan kasus ini dengan cemerlang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar