Halaman

Rabu, 05 Oktober 2016

Pembunuhan di Pondokan Mahasiswa (Hickory Dickory Dock)




Judul     : Pembunuhan di Pondokan Mahasiswa
(Hickory Dickory Dock)
Penulis : Agatha Christie
Alih Bahasa         : Julanda Tantani
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kelima, Agustus 2014
320 hlm

Cerita ini berhubungan dengan sekretaris Poirot yang cekatan, Miss Lemon. Felicity Lemon yang sangat efisien suatu hari membuat kesalahan saat mengetik surat yang sederhana—yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Itu karena Mrs. Hubbard, adiknya yang baru kembali dari Singapura, menjadi matron—pengurus—di pondokan mahasiswa milik Mrs. Nicoletis di Hickory Road.
Ternyata telah terjadi serangkaian pencurian di sana: sepatu pesta (masih baru dan hanya sebelah), gelang (perhiasan imitasi), cincin berlian (ditemukan di piring sup), kotak bedak, lipstick, stetoskop, giwang, pemantik, celana flannel yang sudah using, bola lampu listrik, sekotak cokelat, syal sutera (ditemukan tercabik-cabik), tas ransel, bubuk boraks, garam mandi, dan resep makanan.



Poirot tak pernah membayangkan Miss Lemon mempunyai seorang ayah, ibu, atau bahkan nenek dan kakek. Betapapun, Miss Lemon kelihatannya betul-betul terbuat dari mesin—bisa dibilang ia itu mesin yang canggih—jadi bayangan bahwa ia mempunyai rasa kasih sayang, atau kecemasan, atau persoalan-persoalan keluarga kelihatannya agak tak masuk akal. (hlm. 6-7)


Jadi ketika Miss Lemon melakukan kesalahan karena resah memikirkan adiknya, Poirot tertarik terhadap masalah yang dihadapi Mrs. Hubbard, adik Miss Lemon itu. Meski sebenarnya Poirot tak mau mengakui bahwa akhir-akhir ini dia agak mosan dan jemu, jadi kasus apapun yang tak menarik dan kelihatan tak penting pasti akan menarik baginya.

Memulai penyelidikannya, Poirot mengundang Mrs. Hubbard utnuk minum teh bersamanya. Jamuan minum teh mewah bergaya Inggris sangat pas untuk sekaligus mewawancarai Mrs Hubbard tentang apa yang terjadi di pondokan tersebut. Dengan catatan yang akurat, Mrs Hubbard menyebutkan setiap benda yang hilang secara misterius tersebut. Selanjutnya Poirot langsung melanjutkan penyelidikan di TKP dengan berpura-pura datang sebagai penceramah tentang teori dan praktik penyelidikan yang berhasil, dengan menunjukkan beberapa kasus kriminal yang terkenal. Setelah menyampaikan ceramahnya, Poirot bisa memperhatikan dan mengenali para penghuni pondokan secara langsung. Ada begitu banyak anak muda yang menghuni pondokan tersebut. 

Ada Len Bateson, seorang mahasiswa kedokteran, dan stetoskopnya dicuri.
Colin McNabb—dia mengambil gelar pascasarjana di bidang psikiatri, pemuda yang agak sombong, kehilangan celana panjang flannel yang usang.
Nigel Chapman, pemuda yang sedang mempelajari sejarah abad pertengahan dan Bahasa Italia di Universitas London .
Elizabeth Johnston, gadis yang berasal dari India Barat, yang sedang belajar ilmu hokum. Dia mendapati mejanya ketumpahan tinta.
Valerie Hobhouse, gadis berkulit gelap yang bekerja di salon kecantikan, syal sutra miliknyalah yang dicuri dan ditemukan tercabik-cabik.
Patricia Lane, gadis berkacamata yang belajar di bidang arkeologi, cincinnya yang hilang itu adalah milik ibunya dulu.
Celia Austin gadis yang bekerja sebagai ahli obat di Rumah Sakit St. Catherine.
Jean Tomlinson yang juga bekerja di Rumah sakit St. Catherine sebagai fisioteriapis.
Sally Finch, orang Amerika yang kuliah atas beasiswa Fullbrite, pemilik sepatu pesta yang sebelahnya dicuri.
Genevieve Maricaud yang sedang belajar Bahasa Inggris, sama halnya dengan Rene Halle.
Mr. Chandra Lal dan Mr. Gopal  Ram mahasiswa asing dari India, Miss Reinjeer yang datang dari Belanda.
Mr. Achmed Ali, orang Mesir yang tergila-gila pada politik.
Mr. Akibombo, pemuda ramah yang berkulit hitam dan berasal dari Afrika.
Dan jangan lupakan ada Mrs. Nicoletis sang pemilik pondokan dan Geronimo serta Maria istrinya sang pelayan Italia. Begitu banyak tokoh dan karakter yang harus dikenali dan digali oleh Poirot. Hingga akhirnya Poirot menyampaikan pendapatnya bahwa Mrs Hubbard atau Mrs. Nicoletis harus memanggil polisi. Pernyataan yang membuat mereka semua terdiam.

Kehebohan sebenarnya akhinya muncul di mana seorang penghuni pondokan itu ditemukan meninggal. Dia dikira sangat tertekan hingga akhirnya bunuh diri dengan meminum morfin. Dan lalu ada lagi korban berikutnya. Dengan semangat Poirot menelusuri dan membongkar kasus yang muncul di pondokan mahasiswa ini.

Hickory dickory dock diambil dari puisi atau lagu anak-anak yang juga merupakan nama pondokan tersebut yang di ambil dari nama jalannya. Dengan banyaknya tokoh yang muncul, agak sulit juga menebak siapa pelaku kejahatan dalam novel ini. Namun hal ini juga sempat membuat saya bosan dan berhenti membaca di tengah-tengah buku. Tapi rupanya rasa penasaran mengalahkan rasa bosan saya sehingga saya melanjutkan untuk menyelesaikan untuk menemukan sang penjahat. Ah, sel-sel kelabu milik Poirot memang senantiasa menakjubkan. Salut untuk Poirot dan Agatha Christie tentunya, yang berhasil menyelesaikan kasus ini dengan cemerlang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar