Judul :
A Little Princess
Penulis :
Frances Hodgson Burnett
Penerjemah :
Teguh Hari
Penerbit :
Atria
Cetakan I, Januari 2015
336 hlm
Sara Crewe
dikirim dari India untuk bersekolah di Sekolah Asrama Nona Minchin di London.
Ayahnya, Kapten Crewe luar biasa kaya dan membelikan Sara gaun-gaun yang indah
serta meminta agar anaknya diberi fasilitas mewah di sekolah itu.
Meski selalu dimanja dan bergelimang harta, Sara adalah anak
yang cerdas, sopan, dan murah hati. Beberapa siswa yang lebih tua cemburu pada
keberuntungan Sara dan mengejek dengan memberinya julukan “Putri Sara” mengacu
pada kekayaan dan sikapnya yang sempurna. Tetapi dia justru menjadikan hal itu
sebagai pengingat untuk bermurah hati kepada orang lain.
Kemudian, Kapten Crewe meninggal dan kekayaannya habis.
Keadaan berbalik 180 derajat bagi Sara. Tetapi karakternya yang kuat membuatnya
mampu bertahan mengahdapi kemiskinan yang tiba-tiba dan penghinaan dari
teman-temannya.
Sara Crewe baru berumur tujuh tahun saat dia harus menempuh
perjalanan jauh dari India untuk bersekolah di London, Inggris. Ibunya
meninggal dunia saaat melahirkannya, jadi dia tak terlalu mengenalnya. Jadi
seluruh dunianya hanya berpusat pada ayahnya. Sungguh sedih harus berpisah
dengan ayahnya, namun dengan kedewasaan anak berumur tujuh tahun, dia rela
melakukannya untuk ayahnya. Karena kaya, dia diberi fasilitas kamar utama dan
pelayanan mewah di sekolah tersebut. Sara sendiri meski kaya, dia tak pernah
sombong dan menjadikan kekayaannya sebagai sesuatu yang harus dibangga-banggakan.
Malahan dia adalah anak yang cerdas, berperilaku baik, ramah dan murah hati
terhadap teman-temannya. Salah satu kemampuannya yang paling disukai
teman-temannya adalah kemampuannya bercerita. Hal inilah yang membuat banyak
anak menjadi pengikutnya. Kemampuan inilah yang membuat banyak gadis kecil lain
cemburu dan iri tetapi juga kagum dalam waktu bersamaan.
Ketika akhirnya sesuatu yang buruk terjadi, dan Sara jatuh
miskin, dia tidak segera terpuruk dan menyesali hidupnya. Dengan kuat dia
menghadapi semua itu.
Jika saja dia menangis, terisak, dan tampak ketakutan, Miss Minchin mungkin akan sedikit lebih bersabar kepadanya. Miss Minchin adalah seorang perempuan yang suka menguasai dan menikmati kekuasaannya, jadi saat dia melihat wajah kecil Sara yang pucat dan tabah serta mendengar suara kecilnya yang tegar, dia agak merasa kekuasaannya tidak begitu bermakna. (hlm. 115)
Menjadi miskin tidaklah mengubah kelakuan Sara. Padahal jika
dipikir, biasanya seseorang yang sudah terbiasa kaya dan lalu jatuh miskin akan
terus-menerus menyesali nasibnya dan bahkan banyak yang stress lalu bunuh diri.
Namun Sara tidaklah demikian. Meski dipekerjakan oleh Miss Minchin dengan
semena-mena, dia tetap baik dan membantu mengajar kelas bahasa Prancis untuk
anak-anak yang lebih kecil . kebaikan hati Sara teruji ketika dia menemukan
uang empat penny di selokan. Dia membeli enam buah roti, namun ketika ada
seorang pengemis kecil yang terlihat lebih lapar darinya, dia merelakan 5 buah
roti miliknya pada anak itu dan mencukupkan dirinya dengan sebuah roti saja.
Sungguh perbuatan yang sangat terpuji.
Dan kebaikan senantiasa akan membuahkan kebaikan. Sara Crewe
yang tak punya apa-apa namun dengan kebaikan hatinya, itu adalah harta
terbesarnya. Lalu ketika dia benar-benar kelaparan dan kedinginan dalam
kamarnya di loteng yang gelap, saat terbangun keesokan harinya, dia menemukan
keajaiban yang dipikirnya hanyalah mimpi.
Inilah yang dia lihat. Di garangan, ada api yang berpijar dan menyala terang; di atas rak yang terpasang di dekat garangan itu ada ceret kecil yang mendesis; di atas lantai telah tergelar karpet tebal serta hangat berwarna merah tua; di depan perapian ada kursi lipat yang sudah terpasang dengan bantal kecil di atasnya; di sebelah kursi itu ada meja lipat kecil, yang juga sudah terpasang…. (hlm. 266)
Serta masih banyak keajaiban lainnya yang dia temukan. Benarkah semuanya itu
muncul secara ajaib? Lalu siapa yang meletakkan semua itu? Bagaimana kisah Sara
selanjutnya. Semua itu dapat ditemukan dalam novel yang sangat menarik ini. Kisah
klasik yang senantiasa mengajarkan kita untuk menebarkan kebaikan dimanapun
dalam kondisi apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar