Halaman

Senin, 19 Agustus 2013

Little Women




Penulis : Louisa May Alcott
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penyunting : Muh. Sidik Nugraha
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I : Juli 2009
489 hlm
ISBN : 978-979-024-165-7

Buku ini akan bercerita kepada kita tentang empat orang gadis  bersaudara yang begitu sederhana, namun dalam kesederhanaannya itu begitu banyak hal yang terjadi. Namanya juga kakak beradik, tentu saja kadang terjadi pertengkaran, kesedihan, dan kegembiraan dalam hidup mereka.
Marilah kita berkenalan dulu dengan ke empat tokoh kita.
Margaret, atau akrab di sapa Meg, adalah yang paling tua berusia 16 tahun. Rambutnya berwarna coklat, gadis manis yang bercita-cita ingin menikah dengan dengan pria muda yang kaya yang akan membawanya ke dalam istana di mana dia dapat mengatur rumah tangganya.
Sementara itu gadis kedua adalah Josephine namun dia lebih senang di panggil Jo. Dia adalah gadis tomboy, usianya hanya setahun di bawah Meg. Bertubuh tinggi dengan rambut panjang yang indah, kegemarannya adalah terhadap buku-buku dan itu berdampak terhadap kepiawaiannya dalam menulis.
Setelah Jo ada Elisabeth yang tentunya di panggil dengan sebutan Beth. Di antara ke empat gadis itu, dialah yang paling lembut hatinya, tidak pernah pusing dengan masa depannya, dan dia suka sekali memainkan piano.
Yang terakhir adalah si kecil Amy. Dia memiliki sopan santun yang tak perlu lagi kita pertanyakan. Kegemarannya adalah membuat sketsa, dan karena dia yang paling kecil maka hanya dia yang masih pergi ke sekolah dan itu membuatnya merasa sangat terbeban.


Mereka berempat adalah putri dari Bapak dan Ibu March. Mereka dulunya adalah keluarga yang cukup kaya, tapi karena sesuatu hal kini mereka harus cukup puas dengan tak lagi memiliki cukup uang. Dan saat itu Pak March harus meninggalkan mereka karena bertugas sebagai prajurit dalam perang. Ibu, Meg, dan juga Jo harus membantu keuangan keluarga dengan bekerja di luar rumah. Namun meski miskin, mereka mencoba untuk tak mengeluh, dan bahkan mereka tetap melakukan kebaikan di hari Natal dengan memberikan sarapan Natal mereka pada keluarga Hummel yang miskin. Sungguh, meski memiliki beban dalam hidup mereka, namun mereka tetap mencoba menikmatinya dengan cara mereka sendiri.
Yah, kita tidak bisa menikmatinya, jadi kita tidak usah menggerutu tapi mengangkat saja beban di bahu kita dan berjalan ke depan dengan gembira seperti yang dilakukan Marmee. (hlm. 76)
Berempat mereka saling mendukung, seperti ketika Meg dan Jo akan menghadi pesta Perayaan Tahun Baru. Meg dengan baik hati meminjami sarung tangannya yang sebelah pada Jo, karena Jo selalu merusakkan/ mengotori sarung tangannnya sendiri, dan kedua adik mereka membantu kedua gadis itu berdandan. 
"Kami tidak akan melepaskan anak-anak kami meski ditukar dengan kekayaan seberapa pun. Kaya atau miskin, kami akan selalu bersama dan saling membahagiakan." (hlm. 83)
Itu adalah prinsip keluarga March yang tidak akan melepaskan kebersamaan keluarganya meski mereka hidup dalam kondisi yang sulit. Bu March senantiasa menasehati anak-anaknya untuk  selalu mengucap syukur dalam hidup mereka.
Ketika kalian merasa tidak puas, ingatlah semua karunia yang telah kalian terima, dan bersyukurlah. (hlm. 99)
Karena Meg adalah yang paling tua, tentu saja dia yang paling duluan dewasa dan bersiap untuk 'lepas dari sangkar burung'. Meski impiannya adalah untuk menikah dengan pria kaya, namun dengarlah nasihat Marmee mereka :
Ibu ingin anak-anak Ibu menjadi wanita yang cantik, cerdas, dan baik; dikagumi, dicintai, dan dihormati; menikmati masa muda yang bahagia, sejahtera dan dinikahi dengan bijaksana, menjalani kehidupan yang bermanfaat dan menyenangkan....
Ibu memang punya keinginan sangat besar demi kalian, tetapi bukan untuk terburu-buru mengejar dunia- menikah dengan pria kaya semata-mata karena dia kaya..
Uang memang penting dan dibutuhkan - dan, kalau digunakan dengan baik, menjadi sarana yang mulia-tapi Ibu tidak ingin kalian menganggapnya sebagai satu-satunya impian yang harus di kejar. (hlm 211-212)
Jo, si ceroboh yang sepertinya mengambil porsi paling banyak dalam buku ini, meski dia bersikap tomboi, namun ternyata tetap terdapat kelebutan dalam hatinya. Dialah yang pertama kali berteman dengan Laurie, si bocah tetangga yang dengan cepat menjadi akrab dengan keluarga March. Dia bahkan rela menjual rambutnya untuk memberikan uang pada Ibu yang harus berangkat ke tempat ayah yang terluka. Pun, dia adalah sosok pemaaf meski Amy telah merusak karyanya hanya karena hal sepele. Setelah membaca keseluruhan buku ini, dan menemukan di bagian depan bahwa penulis sendiri adalah gambaran untuk Jo yang lebih suka menjadi 'perawan tua' dan tak pernah memikirkan hal-hal yang seperti Meg dan Amy cita-citakan, dan juga menerima untuk menemani bibi March meski si nenek tua itu sungguh cerewet, tapi demi buku-buku di perpustakaan peninggalan Paman March, maka Jo bersedia untuk menjadi teman Bibi itu, maka sayapun menyimpulkan bahwa saya juga adalah gambaran dari Jo. Meski tidak tomboi-tomboi amat, namun kesenangan Jo akan buku dan menulis di loteng yang sepi adalah gambaran yang tepat untuk saya. Ah, Jo.. mari kita tos.. :D

Dan mari kita melirik pada Beth yang baik hati. Si boneka kecil yang lembut menurut saya, begitu baiknya dia, dan bahkan harus menderita karena kebaikan hatinya itu. Betapa dia sangat sedih karena burung peliharaannya mati ketika dia hanya mencoba menikmati hari bermalas-malasan bersama saudara-saudaranya. Dan dengan penuh kelembutan bermain piano untuk Kakek Laurence meski dia sangat pemalu, dan dengan berani dia pergi menyerahkan hadiah sandalnya untuk kakek itu. Ah, Beth.. masih adakah yang seperti kamu di dunia ini?

Dan saya tak dapat berkomentar banyak tentang Amy, kecuali bahwa dia adalah gadis kecil yang begitu sopan, dengan impian besar untuk menjadi pelukis terkenal. 

Tak ada yang lebih berharga ketimbang memiliki saudari, dengannya kesederhanaan pun jadi sesuatu yang membahagiakan. Ya, demikianlah kisah ini berakhir yang menunjukkan pada kita bagaimana untuk saling hidup rukun dan ceria dalam keluarga. Lihatlah sampulnya yang menjukkan hal itu, empat gadis ceria dan seorang ibu yang begitu bahagia. Dan layaklah buku ini untuk di baca oleh gadis-gadis kecil dan juga pria-pria muda berusia 10 tahun ke atas. Semoga kalian mampu memahami makna dari buku ini. :)





3 komentar:

  1. Rasanya urutan favorit selalu Jo no.1 karena gayanya yang lugas dan blak-blakan.
    Ini bacaan yang kubaca ulang untuk ke-4 kalinya :D
    (meski blm sempat buat reviewnya malahan)

    BalasHapus
  2. Hehe.. mungkin juga karena Jo kutu buku kali ya..
    Waduh 4 kali?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus