Me Times Three
(Aku, Dia, dan Dia)
Penulis : Alex Witchel
Alih Bahasa : Monica Dwi
Chresnayani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama
Jakarta, November 2003
440 hlm
Sandra
Berlin benar-benar beruntung. Itu menurutku. Bagaimana tidak! Dia gadis yang pintar, seru, berhasil menjadi
kandidat untuk menduduki posisi Editor Seni dan Hiburan sebuah majalah wanita
Jolie, mempunyai tunangan yang keren keturunan langsung penjahit bendera
Amerika yang pertama, punya sahabat karib yang meskipun seorang gay namun dia
sahabat yang sanagt baik baginya, dan bahkan menurutku dian juga cantik dan
manis (meski dia tak menyebutkannya). Nah, apalagi yang kurang? Semua tampak
sempurna bagi Sandra.
Tapi
tentu saja selalu ada badai di setiap kehidupan. Badai hidup Sandra dimulai
ketika seorang wanita pirang, Carla Jones menghampirinya dan menyatakan dia
juga adalah tunangan Bucky, yang notabene
adalah tunangan Sandra sekarang dan mereka telah berpacaran sejak jaman
sekolah dulu. Meski tak percaya, akhirnya Sandra memenuhi undangan Carla ke
apartemennya, mereka saling sharing, dan ternyata selain mereka adalagi
tunangan yang lain. Semua lengkap dengan bukti catatan waktu yang disusun
secara kronologis oleh Carla.
Ada saat-saat tertentu dalam hidup ketika kau menyadari segala sesuatu tidak akan kembali seperti dulu lagi. (hlm. 94)
Putus
dari tunangannya ternyata bukan hanya satu-satunya masalah bagi Sandra. Tiba-tiba
saja Paul, sobat yang sangat disayanginya itu dinyatakan menderita AIDS. Pada
waktu itu (setting cerita ini tahun 1988) AIDS
berarti vonis mati, dan semua orang percaya satu-satunya cara orang tertular
AIDS adalah karena melakukan perbuatan buruk (hlm. 250). Kemudian adapula
masalah pekerjaan dengan bos yang terus mengintervensi pekerjaannya meski itu
bukanlah masalah berat baginya. Yah, semua itu membuat Sandra mengalami situasi
yang buruk dalam kehidupannya. Ketika dia akhirnya memulai lagi kencan dengan
pria-pria lain, tak ada yang benar-banar cocok baginya seperti Bucky. Hingga
akhirnya dia bertemu Mark Lewis si kolumnis seni terkenal.
“Berilah kesempatan pada orang lain,” lanjut Paul. “Jangan Cuma Bucky saja yang kau lihat. Orang lain tidak sebrengsek dia. Tapi ingat, mereka belum tentu sempurna.Kerap kali orang melakukan hal-hal tolol yang sebenarnya tidak mereka kehendaki,” paparnya. “Bukan berarti mereka jahat. Kau harus lebih lunak menghadapinya.” (hlm. 150)
Dengan
gaya bercerita yang lugas, pengalaman kehidupan Sandra ini banyak memberi kisah tersendiri bagi saya. Saya
merasa bisa tertawa bersama Sandra dan Paul, menangis bersamanya, dan ikut
bersemangat ketika dia harus menghadapi deadline kerjaan. Hubungan antara
Sandra dan Paul terasa lebih kuat dan
nyata dibandingkan dengan hubungan Sandra bersama Bucky. Meskipun endingnya
sudah bisa ditebak, namun tak mengurangi perasaan ingin tahu saya untuk terus
menyelesaikan membaca dengan cepat. Kenapa harus membaca cepat? Karena selain tulisannya yang agak kecil dan dengan jumlah halaman yang lumayan tebal, banyak kisah yang bisa diskip saat membaca. Dan seperti sinopsis di belakang buku,
cinta memang tetap saja akan mampu memberi kejutan dengan cara yang tak
terduga. Entah itu kejutan menyenangkan atau bukan.
Oh ya,
hal lain yang menyenangkan dalam membaca chicklit karya Alex Witchel ini adalah
Sandra menyelipkan beberapa dongeng tulisannya. Lucu, dan juga menyiratkan
kehidupan Sandra itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar