Penulis : Trinity
Penerbit : B first
Cetakan Pertama, September 2012
262 hlm.
Mbak Trinity emang gak pernah berhenti menyebarkan virus jalan-jalannya.. :)
Lewat buku yang ke empat ini, kita kembali di ajak berjalan-jalan menelusuri Raja Ampat di Papua, kemudian berkelana ke Afrika, ke Samarinda, Gorontalo, Singapura, China, dan berbagai tempat lagi.
Sayangnya banyak dari kisah di buku ini yang sudah di muat di blognya sehingga berkesan tidak begitu baru lagi. Meski buku ini terkesan melompat-lompat, apalagi ketika bercerita tentang Raja Ampat, namun saya tetap menyukai bagian tentang Raja Ampat ini. Soalnya meski di kata saya tinggal tak jauh dari Raja Ampat, tapi saya sendiri baru satu kali berkesempatan untuk berkunjung ke sana. Itupun tidak sempat pergi ke semua tempat-tempat indah yang di sebutkan Trinity dalam buku ini. Memang benar wisata ke Raja Ampat itu mahal.. hehehe... Mengapa mahal? karena resort-resort kebanyakan sudah dimiliki oleh orang bule. Itulah sebabnya Trinity memilih menginap di resort milik orang lokal di Waiwo (hlm. 155 ), pssttt.. dari Raja Ampat yang luas dan indah itu, saya baru menginjak Waiwo itu. :)
Oh ya, satu lagi mengenai orang Papua yang sempat disebutkan dalam bab "Hidup terisolasi di Papua". Hufft.. memang benar, setiap kali saya bilang pada teman-teman saya kalau saya tinggalnya di Papua, selalu dibilangin " waaa... liat yang pake koteka dong.." sama seperti komentar dari teman Trinity. Padahal ya seperti dijelaskan Trinity kalau Papua itu luas. Sayang Trinity tidak menyebutkan kalau di Papua juga malah ada suku yang kulitnya putih, cantik-cantik lagi. Mana kalau rambutnya sudah dilurusin, pasti kalau dia ke Jawa or kemanalah di luar Papua, pasti gak ada yang bakalan nyangka kalau dia asli Papua..
"...Jadi, jangan berpikir bahwa orang Papua itu berkulit gelap, berambut keriting, dan memakai koteka semua.." (hlm. 37)
Uppss.. kok cuma cerita Raja Ampat sih....
Baiklah, selain bagian tentang Raja Ampat, saya juga suka membaca bagian tentang safari di Namibia, jadi pengen juga menyaksikan hewan-hewan "big five" itu. Bisa berwisata satwa langsung di habitat aslinya tentu kesannya sangat menakjubkan, lain dengan hanya melihat hewan di kebun binatang.
Serta masih banyak lagi tempat-tempat yang indah dan menakjubkan yang diceritakan dalam buku ini.
Semua diceritakan dengan lugas dan jujur.
Hmmm... kapan ya bisa jalan-jalan ke tempat-tempat itu...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar