Pengarang : Ratih Kumala
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, Maret 2012
275 hlm
Karena bulan ini merupakan bulan untuk postingan bersama mengenai karya yang masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award (KLA) maka sayapun membaca ulang novel Gadis Kretek ini. 5 besar KLA ke 12 bisa di lihat di sini yang ternyata dimenangkan oleh .............................. (bacalah sendiri hehehe...)
Kembali ke Gadis Kretek, novel ini menceritakan tentang persaingan dan cinta segitiga di dunia kretek..
Meski saya tak begitu familiar dengan kretek ataupun rokok, namun dengan membaca novel ini saya merasa seakan-akan ikut mencium dan merasakan aroma kretek lewat setiap tulisan mbak Ratih ini.
Di mulai dengan peringatan di awal buku, peringatan yang sama yang sering kita baca di bungkus-bungkus rokok sekarang ini, bahkan kerap muncul saat iklan rokok ditayangkan di berbagai media.
Lebas, Tegar, dan Karim adalah 3 bersaudara anak Pak Soeraja pemilik sebuah pabrik kretek yang cukup terkenal yakni kretek Djagad Raja. Ketiganya mengadakan perjalanan ke kota M demi mencari seorang Jeng Yah yang diigaukan oleh ayah mereka yang tengah sekarat.
Di tengah pencarian mereka itu, kita di lempar ke masa silam untuk melihat kehidupan seorang pemuda bernama Idroes Moeria, yang sedang memperjuangkan karir dan juga cintanya. Persaingan penuh intrik dengan sahabat lamanya yang kemudian berubah jadi musuhnya mengantarkan dia menjadi pemilik pabrik kretek dengan merek dagang Kretek Merdeka dan Kretek Gadis. Setelah terseok-seok dari awal hanya dengan melinting kretek buatannya sendiri dengan etiket yang ditulisnya dengan tulisan tangan, hingga akhirnya memiliki berbagai merek dagang kretek, dan juga akhirnya berhasil menyunting gadis kembang desa yang rupanya juga di incar oleh saingannya. Begitu sulit masa-masa yang harus dilaluinya, bahkan sempat pula di tawan oleh tentara Jepang. Namun semua itu tak mematahkan semangatnya untuk terus membangun bisnisnya di bidang kretek. Sementara itu saingannya begitu kerap mengintilnya bahkan berkali-kali mencuri ide-idenya, membuat dia begitu geram.
Hingga akhirnya muncullah si pemuda Soeraja yang awalnya adalah seorang yang hidupnya luntang-lantung. Beruntung dia ditemukan oleh Dasiyah anak gadis Idroes Moeria, yang menolongnya dan menampungnya di rumah mereka. Namun karena masalah politik, Soeraja melarikan diri dan menemukan tempat bernaung yang baru di sebuah pabrik kretek lain. Inilah yang menjadi akar permasalahan dalam buku ini, yang harus diselesaikan oleh Lebas, Karim, dan Tegar.
Ratih Kumala begitu pandai meramu cerita ini sehingga seperti yang saya bilang di atas, hanya membacanya saja kita sudah di buat seperti ikut-ikutan merasakan aroma kreteknya. Meski ada beberapa typo namun tak apalah karena masih bisa di mengerti. Selain itu penggunaan nama kota yakni kota M membuat saya cukup penasaran, kira-kira kota itu ada di mana. Soalnya kota lain di sebut dengan jelas seperti Jakarta, Surabaya, Kudus, dan Magelang. Sementara kota M cuma di sebut sebagai M saja. Ada yang tau itu di mana?
Oh ya, mungkin lebih menarik barangkali kalau di baca sambil mengisap kretek.. (wakaka.. ini saran yang buruk, apalagi sudah ada peringatan di atas :) ...), ah, kalau saya cuma ditemani secangkir teh sudah lebih dari nikmat.
nice review, bikin saya tertarik baca... *lirik tumpukan buku yg belum dibaca
BalasHapusYuk di baca mbak, btw,,Wah... Timbunannya banyak ya mbak.. Hehehe... :)
BalasHapus