Halaman

Selasa, 11 September 2012

# 22 Pope Joan

              Pengarang : Donna Woolfolk Cross
          Penerjemah : FX Dono Sunardi
Penerbit : Serambi
     Cetakan II , Maret 2007
736 hlm

Sebenarnya buku ini sudah berbulan-bulan nangkring di lemari saya, dan baru kali ini berkesempatan untuk membacanya. Pikiran saya waktu itu karena tebal dan bergenre hisfic, jadinya saya simpan untuk di baca di waktu libur biar bacanya nggak kepotong-kepotong. Dan ternyata begitu mulai membacanya, saya bahkan tak mampu melepaskannya hingga selesai.
Di tulis dengan mengambil setting tahun 800-an, Pope Joan mengisahkan tentang seorang wanita yang berjuang dengan penuh keberanian untuk mempertahankan dirinya dengan kehausannya akan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin didapatkan oleh seorang perempuan di jaman itu. Di mulai dengan kisah kelahirannya yang begitu susah hingga saat masa2 keagungannya ketika akhirnya berhasil menduduki jabatan tertinggi dalam Kepausan. Joan kecil karena dia adalah seorang perempuan, dia tidak mendapatkan tempat sama sekali di hati ayahnya. Ayahnya adalah seorang kanon asal Inggris, sedangkan ibunya seorang berkebangsaan Saxon yang saat itu di anggap sebagai bangsa yang kafir. Sebagai seorang wanita, dia tidak diperbolehkan untuk belajar seperti kakak-kakak lelakinya. Namun begitu hausnya dia akan ilmu pengetahuan, membuat dia berusaha sendiri untuk terus bisa belajar. Pertama kali dia di ajar oleh kakaknya Matthew secara sembunyi-sembunyi. Kemudian  dengan sebuah keberuntungan, dia diajari oleh seorang Aesculapius, seorang tamu yang kebetulan melewati rumahnya dan menangkap kecerdasannya.
Menjalani kehidupan masa kecil yang begitu ketat oleh aturan dalam rumahnya membuat Joan kecil berusaha untuk terus bertahan. Hingga suatu hari dia berhasil lepas dari rumah dan pergi ke schola bersama kakaknya John. Karena dia perempuan, maka dia tidak diperkenankan tinggal dalam asrama Schola melainkan dia tinggal di luar menumpang di keluarga Gerold. Kedekatannya dengan ayah angkatnya itu mengakibatkan masalah besar baginya hingga akhinya karena serbuan Viking merekapun kocar kacir, kakaknya John tewas dalam serbuan perang itu. Akhirnya Joan menggunakan identitas kakaknya dan menjadi Bruder Jhon Anglicanus di pertapaan Furla. Perjalanan hidupnya akhirnya membawa dirinya ke Roma. Karena kepandaiannya meramu obat-obatan, suatu hal yang dipelajarinya dengan sungguh2.. (Kalau jaman sekarang tentulah Joan ini Apoteker sekaligus Dokter  yang hebat, karena selain bisa meramu obat, dia juga pandai mendiagnosa penyakit). Menjadi tabib pribadi Sang Paus mengantarkannya ke dalam kehidupan politik di Roma yang penuh intrik. Di Roma inilah dia kembali bertemu dengan kekasih hatinya sang ayah angkat alias Gerold yang selalu dicintainya karena hanya dengan dialah dia mampu berbagi semua rahasia hidupnya. 
Menjalani hidup sebagai seorang laki-laki dengan tubuh perempuannya tentu sulit bagi Joan. Untunglah dengan menggunakan pakaian jubah yang besar dia bisa menyembunyikannya dengan sempurna tanpa seorangpun yang tahu hingga ajal menjemputnya.
Meski menjadi perdebatan apakah Paus Joan pernah ada, namun terlepas dari hal itu, buku ini adalah buku yang menarik. Meski dipenuhi dengan istilah-istilah bahasa Latin yang saya tidak mengerti tapi jadi membuat saya ikut2an belajar Bahasa tersebut.  Donna Wolkfold berdasarkan pengakuannya di sampul belakang buku membutuhkan waktu 7 tahun dalam melakukan riset untuk menulis novel ini. Dalam membaca novel ini memang saya sendiri tak pernah menempatkan Joan sebagai seorang pria karena saya tak menemukan kemaskulinitasnya.. *uh apa sih.. ribet amat ngomongnya..  Saya selalu membayangkan dia sebagai sosok perempuan yang anggun meski tak feminim. Kira-kira cocoklah bayangan saya dengan gambar sampul buku ini.
Kisah keberanian Joan mendobrak kehidupannya dan mengubah dirinya ini benar-benar mampu menginspirasi… 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar