Pengarang :
Donna Woolfolk Cross
Penerjemah : FX
Dono Sunardi
Penerbit :
Serambi
Cetakan II , Maret 2007
736 hlm
Sebenarnya buku ini sudah berbulan-bulan nangkring di lemari
saya, dan baru kali ini berkesempatan untuk membacanya. Pikiran saya waktu itu karena
tebal dan bergenre hisfic, jadinya saya simpan untuk di baca di waktu libur biar bacanya nggak kepotong-kepotong. Dan ternyata begitu mulai membacanya, saya bahkan tak mampu melepaskannya hingga selesai.
Di tulis dengan mengambil setting tahun 800-an, Pope Joan
mengisahkan tentang seorang wanita yang berjuang dengan penuh keberanian untuk
mempertahankan dirinya dengan kehausannya akan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin didapatkan oleh seorang perempuan di jaman itu. Di mulai dengan kisah
kelahirannya yang begitu susah hingga saat masa2 keagungannya ketika akhirnya
berhasil menduduki jabatan tertinggi dalam Kepausan. Joan kecil karena dia
adalah seorang perempuan, dia tidak mendapatkan tempat sama sekali di hati
ayahnya. Ayahnya adalah seorang kanon asal Inggris, sedangkan ibunya seorang berkebangsaan Saxon yang saat itu di anggap sebagai bangsa yang kafir. Sebagai seorang wanita, dia tidak diperbolehkan untuk belajar seperti kakak-kakak lelakinya. Namun begitu hausnya dia akan ilmu pengetahuan, membuat dia berusaha
sendiri untuk terus bisa belajar. Pertama kali dia di ajar oleh kakaknya Matthew secara sembunyi-sembunyi. Kemudian dengan sebuah keberuntungan, dia diajari oleh seorang Aesculapius, seorang tamu yang kebetulan melewati rumahnya dan menangkap kecerdasannya.
Menjalani kehidupan masa kecil yang begitu ketat oleh aturan
dalam rumahnya membuat Joan kecil berusaha untuk terus bertahan. Hingga suatu
hari dia berhasil lepas dari rumah dan pergi ke schola bersama kakaknya John.
Karena dia perempuan, maka dia tidak diperkenankan tinggal dalam asrama Schola
melainkan dia tinggal di luar menumpang di keluarga Gerold. Kedekatannya dengan ayah
angkatnya itu mengakibatkan masalah besar baginya hingga akhinya karena serbuan
Viking merekapun kocar kacir, kakaknya John tewas dalam serbuan perang itu.
Akhirnya Joan menggunakan identitas kakaknya dan menjadi Bruder Jhon Anglicanus
di pertapaan Furla. Perjalanan hidupnya akhirnya membawa dirinya ke Roma.
Karena kepandaiannya meramu obat-obatan, suatu hal yang dipelajarinya dengan
sungguh2.. (Kalau jaman sekarang tentulah Joan ini Apoteker sekaligus
Dokter yang hebat, karena selain bisa
meramu obat, dia juga pandai mendiagnosa penyakit). Menjadi tabib pribadi Sang
Paus mengantarkannya ke dalam kehidupan politik di Roma yang penuh intrik. Di
Roma inilah dia kembali bertemu dengan kekasih hatinya sang ayah angkat alias Gerold
yang selalu dicintainya karena hanya dengan dialah dia mampu berbagi semua
rahasia hidupnya.
Menjalani hidup sebagai seorang laki-laki dengan tubuh
perempuannya tentu sulit bagi Joan. Untunglah dengan menggunakan pakaian jubah
yang besar dia bisa menyembunyikannya dengan sempurna tanpa seorangpun yang
tahu hingga ajal menjemputnya.
Meski menjadi perdebatan apakah Paus Joan pernah ada, namun
terlepas dari hal itu, buku ini adalah buku yang menarik. Meski dipenuhi
dengan istilah-istilah bahasa Latin yang saya tidak mengerti tapi jadi membuat
saya ikut2an belajar Bahasa tersebut.
Donna Wolkfold berdasarkan pengakuannya di sampul belakang buku
membutuhkan waktu 7 tahun dalam melakukan riset untuk menulis novel ini. Dalam
membaca novel ini memang saya sendiri tak pernah menempatkan Joan sebagai
seorang pria karena saya tak menemukan kemaskulinitasnya.. *uh apa sih.. ribet
amat ngomongnya.. Saya selalu membayangkan dia sebagai sosok perempuan yang anggun meski tak
feminim. Kira-kira cocoklah bayangan saya dengan gambar sampul buku ini.
Kisah keberanian Joan mendobrak kehidupannya dan mengubah
dirinya ini benar-benar mampu menginspirasi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar