Judul Asli : Forgiving
Penulis : LaVyrle Spencer
Alih Bahasa : Dra. Sri Hasta Palupi
Penerbit : Alice Saputra Communications Co.
Jakarta, 1996
417 hlm
Sarah
Ia datang ke Deadwood, kota barat yang kasar dan kacau, dengan mimpi ambisius menerbitkan sebuah surat kabar. Tetapi perjalanannya mempunyai tujuan yang lain ... menemukan adiknya dan memulihkan ikatan keluarga yang berantakan bertahun-tahun yang lalu, ketika Addie kabur dari rumah dengan hati yang menderita... dan tanpa penjelasan.
Noah
Gagasan perempuan keras kepala ini yang menjungkirbalikkan kotanya menjengkelkan Sherif Campbell. Tetapi ada sesuatu pada diri sarah yang tidak dapat di tolak penegak hukum ini. Jauh di dalam hatinya, ia ingin memperlakukan perempuan ini sebagai wanita terhormat. Tetapi di luar, ia tetap mempertahankan citra-dirinya yang keras... dan memberinya sambutan selamat datang yang keras..
Dua orang yang keras kepala, Sarah dan Noah menemukan keindahan cinta yang abadi... ketika hati belajar melupakan masa lalu memulai kehidupan baru ...
Sinopsis di atas yang terdapat di belakang novel ini membuat saya cukup penasaran hingga akhirnya memutuskan untuk membelinya. Meski saat saya beli sudah tidak terbungkus plastik dan kertasnya sendiri sudah berwarna kekuningan dengan aroma khas kertas lama, namun tidak memutuskan hasrat saya untuk tetap membeli sekaligus dengan jilid 2-nya. Dan pantas saja kertasnya sudah kuning, karena ternyata buku ini terbitan tahun 1996, yang berarti 17 tahun yang lalu.
Mengisahkan tentang Sarah Meritt, seorang gadis muda yang meninggalkan kotanya setelah ayahnya meninggal untuk berangkat ke daerah barat yakni ke wilayah Dakota tepatnya ke kota Deadwood. Deadwood sendiri merupakan sebuah kota dengan penduduk mayoritas kaum adam karena adanya daerah pertambangan di tempat tersebut. Jumlah penduduk wanita amat sedikit, sehingga kedatangan Sarah merupakan sebuah keajaiban bagi penduduk kota tersebut. Jarang-jarang mereka bisa melihat makhluk yang berjenis kelamin wanita, kecuali istri pemilik toko ataupun pasangan-pasangan resmi. Dan kebanyakan dari mereka harus mengunjungi Rose's, rumah tempat para wanita penghibur jika ingin memuaskan keinginan mereka yang "satu" itu. Mata uang yang digunakan juga cukup unik yakni dengan menggunakan serbuk emas yang di timbang.
Dengan di bantu Patrick Bradigan dan Josh, Sarah memulai usahanya di kota tersebut yakni penerbitan surat kabar Chronicle Deadwood. Meski agak kesulitan di awal dengan menghadapi berbagai rintangan, namun perlahan usahanya terus berkembang. Kesulitan yang didapatkan terutama berhubungan dengan sang Sherif yakni Noah Campbell yang terus saja seakan menampakkan sifat permusuhan dengannya. Begitu banyak konflik terjdai di antara mereka, terutama di mulai karena Sarah pertama kali bertemu Noah di Rose's saat Sarah mencoba mencari adiknya. Meski dia cukup terguncang begitu tahu bahwa adiknya Addie ternyata bekerta di Rose's bahakn sudah mengubah namanya menjadi Eve, tak membuat Sarah patah semangat untuk terus mengajak Addie meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan hidup bersamanya. Sayang sekali ajakan Sarah selalu di sambut dingin oleh Addie dan bahkan tak pernah dihiraukannya.
Sementara itu konflik antara Sarah dengan sang sherif perlahan mulai melunak ketika mereka berdua bahu-membahu membantu masyarakat ketika wabah cacar air melanda. Dan mereka bahkan semakin dekat ketika menjelang Natal, di mana Sarah berperan dalam acara Natal melatih anak-anak dan bahkan bernyanyi bersama Noah.
Alur cerita antara Sarah dan Noah di buat dengan begitu hangat, dan cukup mengaduk-aduk emosi. Saya suka dengan latar waktu yang digunakan yakni di sekitar tahun 1876, mengingatkan saya akan buku-buku Laura Ingalls yang juga mengambil setting waktu sekitar tahun tersebut dan juga wilayah barat Amerika. Membuat saya membayangkan sang sherif yang berkumis panjang dengan wajahnya yang berbintik-bintik dan mengenakan topi Stetson. Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik buat saya, membuat saya sangat penasaran untuk melanjutkan ke buku kedua. Bahkan novel romance ini menyelipkan pesan moral tentang ikatan keluarga yang tidak akan pernah terputus meski ada bayangan masa lalu yang kelam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar