Judul Buku : Ulelean Parena Toraya (Cerita Rakyat Toraja)
Penulis : Junus Bunga Lebang
Terjemahan Bahasa Indonesia : Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang, MA
Terjemahan Bahasa Inggris : Dorothea Marannu Hutabarat, Dipl. Pedg.
Penerbit : Siayoka
Cetakan 2, 2010
212 hlm
Sinopsis di belakang buku :
Ulelean Parena Toraya adalah kumpulan 52 cerita rakyat Toraja yang telah lama beredar dalam masyarakat Toraja dalam bentuk lisan. Cerita yang sarat dengan nilai-nilai moral ini, diceritakan oleh orang tua atau nenek kepada anak-cucunya turun temurun pada malam hari, biasanya menjelang tidur. Dalam konteks masyarakat tradisional Toraja yang umumnya dalah petani, para orang tua mempunyai lebih banyak kesempatan untuk bercerita atau berkomunikasi secara santai dengan anak-anak mereka ketika padi sedang tumbuh di sawah. Sebab itu dalam Bahasa Toraja cerita-cerita ini di kenal dengan julukan : "ulelean pare" (ulelean = cerita, pare = padi). Cerita-cerita ini menjadi salah satu pengisi waktu senggang para keluarga petani yang ternyata membangun keakraban antara orangtua dan anak dan sekaligus menjadi sarana pembinaan keluarga dengan nilai-nilai agama dan moral yang di anggap perlu diwariskan kepada anak cucu.
Buku ini pertama kali saya lihat waktu pulang kampung bulan Desember kemarin. Milik keponakan saya yang masih SD, dan segera saja saya tanya beli di mana untuk kemudian sayapun membelinya. Jadilah saya mendapatkannya, namun sempat terlantar hingga baru berkesempatan menyelesaikan membacanya di bulan ini. Mengapa butuh waktu agak lama? Itu karena dalam buku ini di tulis dalam Bahasa daerah (bahasa Toraja), jadi membacanya mesti pelan-pelan agar bisa mengerti. Apalagi Bahasa Toraja agak rumit dengan banyaknya pemakaian tanda koma atas. Namun jika tak mengerti Bahasa Toraja, tak perlu khawatir. Setiap cerita pasti ada terjemahan dalam Bahasa Indonesia, bahkan ada pesan moral yang diselipkan di tulis dalam Bahasa Indonesia. Kemudian ada 5 buah cerita yang dibuatkan terjemahan Bahasa Inggrisnya.
Ada 52 buah cerita rakyat Toraja yang diceritakan penulis sesuai dengan versi yang diketahuinya. Karena selain versi yang diceritakan penulis ini, ada pula berbagai versi lain yang beredar dalam masyarakat tentang cerita-cerita rakyat tersebut.
19 cerita pertama merupakan cerita tentang binatang, dan dari 19 cerita itu ada 8 cerita tentang kera. Di sini kera selalu mengalami nasib sial di akhir cerita, semua itu karena kelakuannya yang jahat dan serakah misalnya di kisah kera dan kura-kura, kera dan lipan, serta cerita lain. Hanya di cerita pertama saja yang memperlihatkan kebaikan hati kera (cerita kera dan buaya).
Selanjutnya buku ini menampilkan cerita rakyat tentang keluarga, yang mana banyak mengajarkan tentang kasih sayang dalam keluarga, juga pelajaran tentang hidup, bagaimana untuk tidak menipu, tidak menggunakan kecerdikan untuk hal yang buruk, dan lain sebagainya.
Beberapa cerita pendek ini juga menceritakan tentang silsilah orang Toraja (Silsilah leluhur dari Napo, Lakipadada mencari kehidupan kekal), kemudian ada pula cerita rakyat yang cukup terkenal yakni Landorundun yang seorang teman pernah membuatnya dalam bentuk novel .
Keseluruhan kisah ini membawa saya kembali ke masa kecil dulu waktu saya sering didongengkan menjelang tidur oleh ibu saya, dan sepertinya peran tersebut harus saya lakukan sekarang.. :)
Oh ya, buku ini dapat di baca atau didongengkan untuk anak-anak semua umur pada bagian cerita tentang binatang. Namun untuk bagian cerita tentang keluarga sebaiknya untuk umur di atas 10 tahun (menurut saya sih.. hehe..)
Buku ini untuk meramaikan tantangan Fun Year With Chidren's Literature : Fun Months 2
Kak.. dapat dimana buku ini? Beli di Toraja?
BalasHapusIya, waktu pulkam Des kemarin.. Di Rantepao, kalo tdk salah nama TB-nya Siayoka. Di depan pertokoan.. :)
HapusMana sih ceritanya
BalasHapus