Judul :
First time in Beijing
Penulis :
Riawani Elyta
Penerbit :
Bukuné
Jakarta, 2013
342 hlm
“Saat pahitnya kenyataan mengitari gadis itu dari segenap
arah, dia hanya punya satu pilihan: menjalaninya.”
Langit kota Beijing berpesta, pijar
warna kembang api terlontar bergantian ke angkasa. Gemuruh seketika melenyapkan
suara-suara yang meriung di segenap kota. Namun, hati gadis itu senyap, bagai
butir salju yang musim lalu jatuh di balik jendela.
Di kota ini, kakinya menapak pasti
di tangga-tangga Tembok Raksasa yang berkuasa. Ia mulai jatuh cinta pada kota
ini, pada aura ganjil gerbang Kota Terlarang yang dahulu dilewati raja-raja.
Mungkin pula, ia telah jatuh cinta kepada dia—laki-laki itu—dalam aroma rempah
yang menguar dari sup hangat hasil racikan tangannya.
Kemarin, di Tembok Raksasa, ia
tergelincir karena kerikil kecil. Kakinya sempat tak setia. Namun, kesetiaan
tetap membutuhkan kerikil, bukan? Agar kita tahu apakah satu kerikil saja bisa
menghancurkan kesetiaan yang telah dipupuk.
“Mungkin ini salahku, tak mendengar
suara hati ini saat berada di dekatmu.”
Lisa menatap dalam mata senja,
membayangkan laki-laki itu berada di sana. Menunggunya.
Zhú ni xingfú
kuáilé,
semoga kamu bahagia, Lisa.
Di Beijing, ayahnya menyuruh Lisa
untuk bekerja di restoran keluarga mereka, dan juga mengambil kursus bahasa
agar dia bisa berkomunikasi dengan cepat. Meski ada keinginan Lisa untuk
melanjutkan kuliah namun untuk sementara keinginan itu harus dia pendam karena
kesibukan yang cukup padat di restoran. Di restoran Shan, Lisa yang sama sekali
tak tahu memasak dipaksa untuk belajar memasak dengan cepat dan khusus memasak
sup. Untung ada Daniel, koki multi talent yang menjadi gurunya dalam memasak. Ucapan
Daniel membantunya dalam membangkitkan semangat memasak.
“Tidak ada yang sulit kok, kalau kita mau belajar. Apalagi kalau kita sudah mencintai apa yang kita lakukan, kesulitan justru mendorong kita untuk menaklukkannya, bukannya malah membuat kita menyerah.”
Pengalaman memanglah guru terbaik.
Meski awalnya Lisa banyak melakukan kesalahan, namun perlahan dia akhirnya bisa
menjadi ahli dalam membuat sup. Kegiatannya di restoran ini juga membawanya
berkenalan dengan Alex, pemuda Indonesia yang sedang bersekolah di Beijing.
Daniel dan Alex, keduanya membawa suasana baru bagi hati Lisa. Daniel yang
meski kesannya adalah pria dingin, namun senantiasa setia mendampingi Lisa
untuk belajar memasak. Dan ada Alex yang juga kerap mengajak Lisa untuk
menjelajahi Beijing meski lebih banyak ajakannya yang harus ditolak Lisa karena
kesibukannya.
Lisa, gadis yang masih tak paham
dengan perasaannya. Antara memasak, dua pria di dekatnya, dan juga keluarga
barunya yang bahkan seperti orang asing tak pelak mengusik hatinya yang selama
ini terkungkung dalam kesendirian. Saya suka dengan chemistry yang terjalin
antara Lisa dan Daniel. Meski akhirnya saya gemas dengan keputusan Daniel yang
tiba-tiba. Padahal ucapan-ucapan Daniel senantiasa terasa bijak dan
menentramkan.
“Mungkin saja demikian, tapi aku tidak selamanya ingin menjadi guoke, seorang tamu yang hanya bisa singgah dan belalu. Suatu saat nanti, aku juga harus menemukan tempatku berlabuh dan menetap di sana untuk selamanya.” (hlm. 201)
Salah satu dari serial STPC (Setiap
Tempat Punya Cerita) ini cukup menarik untuk dibaca. Apalagi buat saya yang mebacanya
tepat di musim hujan yang meski tak ada salju. Sama seperti Lisa yang mengawali
kisahnya di awal musim salju. Ketika pikiran dan perasaannya disergap sepi yang
berkepanjangan. Tak hanya kisah Lisa dan Daniel yang ditawarkan. Ada pula
hubungan antara Lisa dan ayahnya yang perlahan mencair, serta kita akan di bawa
mengunjungi beberapa tempat yang menawan di Beijing. Yah, setiap tempat memang
punya cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar