Halaman

Selasa, 30 Oktober 2012

Bergabung dengan BBI

Bagaimana kisah saya bergabung dengan BBI?
Begini ceritanya :

Pada zaman dahulu kala...

eh, bukan.. beberapa bulan yang lalu saya  saya mencoba-coba membuat sebuah blog khusus untuk buku.  Hal ini saya lakukan setelah bergabung di goodreads sekitar Februari tahun ini. ..*malu telattt banget yah..
Pada awalnya saya hanyalah pembaca buku sejati. Tak pernah rapi jika mengenai masalah buku. Beli buku, baca, di pinjam orang, kemudian buku-buku sayapun hilang tak tahu rimbanya. Namun setelah beberapa kali menemukan blog buku saat sedang googling, akhirnya sayapun dengan agak malu-malu kucing mendaftarkan blog buku saya yang isinya masih seuprit ke Daftar Blog Buku Indonesia yang ada di Goodreads. Dari sini saya mulai banyak mengenal blog-blog buku lainnya yang masing-masing sangat menawan dengan ciri khasnya sendiri-sendiri. Oh ya, blog buku yang pertama kali saya baca milik mbak Desty...*haloo mbak Desty... :)
Saya kemudian jadi termotivasi untuk lebih merapikan rak buku saya yang meski isinya cuma sedikit karena lebih banyak yang hilang daripada yang tertinggal.
Dari Goodreads juga saya kemudian memfollow akun @BBI_2011 di twitter dan dengan (masih malu-malu) memasang logo BBI di blog saya.
Saya mengikuti perkembangan di BBI hanyalah lewat twitter yang sebenarnya agak jarang juga saya sentuh.
Postingan bersama saya yang pertama adalah pada bulan Agustus lalu dalam rangka posting bareng "1001 books you must read before you die".
Dan kemudian sekitar 2 minggu apa seminggu yang lalu ya...*agak lupa, gara-gara di twitter saya membaca ada pemesanan kaos BBI, sayapun ikut-ikutan pesan di mbak @alvina13.  Dan terima kasih buat @alvina13 yang kemudian mengundang saya bergabung di grup facebooknya BBI. 
Percaya nggak?, selama ini saya nggak pernah tahu kalo BBI punya grup sendiri di FB.. .. *memang ya saya selalu lelet dapat info.. :(
Bergabung dengan BBI meski masih sangat baru ternyata menumbuhkan lagi semangat baca saya. Dan yang lebih penting saya jadi semakin bersemangat menimbun buku.. hahaha... 
Oh ya sekedar cerita, dulu ketika pertama kali tinggal di Papua, belum ada toko buku sama sekali, itu sekitar tahun 2006. Saya bisa memperoleh buku hanya dengan cara memesan buku dari teman yang ada di luar kota. Tidak lama kemudian di buka sebuah toko buku namun harganya..... haaaa jangan di tanya lagi muahhhaaalllnya.. bisa 2 sampai 3 kali lipat lebih mahal dari harga asli, itupun tidak update.
Sekarang ini sudah lumayan sudah ada 3 toko buku meski harganya ya tetap mahal.
Dan untunglah lewat info-info yang saya dapatkan dari blog buku teman-teman di BBI, akhirnya sekarang saya lebih banyak memesan buku secara online (meski ongkos kirim masih mencekik leher).
 
Baiklah.. mengakhiri catatan kecil ini, saya mengucapkan salam kenal dari saya dari timur Nusantara buat semua BBI-ers..
Terima kasih boleh bergabung dengan BBI.
Selamat Hari Blogger Nasional...

# 28 The Winds of Autumn (Pada Suatu Musim Gugur)


Pengarang : Janette Oke
Alih Bahasa : Yenni Agus salim
Penerbit : Gospel Press
317 hlm

Josh sudah menginjak usia remaja. Di umurnya yang ke-15 tahun, dia pindah ke kota tinggal bersama dengan Bibi Lou dan suaminya yang seorang Pendeta. Josh masih tetap sekolah meski beberapa temannya sudah tidak sekolah lagi, kebanyakan mereka tidak bersekolah karena bekerja di toko atau di tanah pertanian. Namun Paman Nat setuju agar Josh tetap melanjutkan pendidikannya. Bersama temannya Avery Garret, yang sepertinya tetap bersekolah karena ada Josh dan juga Jack Berry, yang bersekolah karena ayahnya menginginkan dia menjadi dokter, Josh kembali belajar di sekolah . Selain itu ada pula si Willie Corbin, seorang anak nakal yang bertobbat gara-gara mendengar khotbah Paman Nat, sehingga dia tetap bersekolah karena bercita-cita menjadi penginjil. Namun sayang, suatu hari guru mereka Miss Williams tiba-tiba berhenti mengajar. Dia dikabarkan akan menikah sehingga meninggalakan sekolah untuk ikut dengan suaminya.Di waktu yang kosong itu, Josh dan kawan-kawannya pergi untuk berkemah di hutan. Sayang sekali perjalanan mereka tidak berjalan mulus sesuai dengan rencana. Di akhir perjalanan mereka menumpang makan di rumah Mary Turley.
Hingga akhirnya datanglah guru baru Tn Foggelson, yang datang bersama istri dan putrinya yang ternyata sekelas dengan Josh. Karena gadis itu cantik, dia jadi primadona di sekolah Josh. Namun ternyata guru ini adalah penganut paham evolusi, dengan sengaja dia mengundang Josh untuk memberikan les geometri bagi putrinya di rumah agar dia bisa mendoktrin Josh tentang paham yang di anutnya. Dia menyuruh Josh mempelajari buku-bukunya di perpustakaan keluarga mereka yang menjadi terasa aneh bagi Josh. Namun karena Josh sudah mulai mengenal tentang iman makanya dia mampu membandingkan apa yang benar dan apa yang salah.Karena gadis ini pula dia dipukuli oleh temannya yang cemburu.
Hingga akhirnya Josh mengambil keputusan untuk berpisah dari Cammelia, putri Tn. Foggelson itu. Menurut Josh, mereka terlalu banyak berbeda pendapat.  Cammelia percaya evolusi, sementara Josh mempercayai Alkitabnya.
"terlalu banyak yang aku belum siap. Suatu hari, mungkin suatu hari aku harus menghadapi teori yang mereka sampaikan sebagai kenyataan itu, tetapi bukan sekarang.." (hlm. 221)

Di buku ini juga ditampilkan karakter si Sam tua. Seorang bapak yang setiap hari kerjanya cuma mabuk-mabukan, namun Nat dengan penuh kasih merawat si pak tua kala dia sakit. Dan pak tua pulalah yang menolong Josh ketika Josh pingsan saat dipukuli oleh temannya. Demi Sam tua yang ketika akan menghadapi maut meminta Paman Nat datang mendoakannya, Paman Nat rela meninggalkan Bibi Lou yang sedang menghadapi proses persalinan. 
Namun ada suatu quote yang cukup menginspirasi dari cerita ini yakni :
"Tuhan bekerja dengan cara yang istimewa" (hlm. 316)

Memang kita tak pernah bisa memahami cara kerja Tuhan. Namun jelas bahwa semua itu adalah demi kebaikan kita, karena Dia bekerja dengan cara yang istimewa.


Rabu, 24 Oktober 2012

#27 Skripzi Krezi


Penulis : WeAreVictims
Penerbit : Gradien Mediatama
2012, 200 hlm

Saya membaca buku ini karena tertarik begitu tahu kalau buku ini mengisahkan tentang mahasiswa jurusan Farmasi yang notabene adalah jurusan saya juga dulu waktu kuliah. Menceritakan tentang Nesya dan kawan-kawan di tengah pengerjaan TA alias skripsinya.
Nesya dan Wini merasa dunianya runtuh alias sesuatu banget saat tahu kalau dosen pembimbingnya untuk TA adalah Panu alias Pak Wisnu. Panu ini bisa dikatakan dosen yang sangat menjengkelkan, mana dia genit, sok Ingris-an meski gagap2 kalo ngomong Inggris, pelit, sok kecakepan, sok akrab, unyu-unyu.. dan lain sebagainya. Pokoknya segala yang ngeselin ada di Panu. Saya sempat berfikir, kok ada ya dosen kayak begini.. :)
*untungnya pembimbing saya dulu nggak kayak Panu.. syukur banget.
Selain tentang Panu, penulis juga mengisahkan tentang dosen-dosen lain, dan bahkan suka dukanya hidup di dunia farmasi.  Saya sendiri yang juga dulu bergelut di dunia yang sama paham sekali seluk beluk kuliah di farmasi itu seperti apa. Praktikum yang seakan-akan tiada habisnya, belum lagi kuis/ respon yang harus dihadapi sebelum masuk di laboratorium, menghadapi asisten yang galak-galak *eh nggak semua sih, menulis jurnal laporan, mengetik dengan mesin ketik, tugas yang bejibun, membawa buku sekoper ke kampus, bahkan bawa-bawa jerigen 2 liter.. meskipun aneh kedengarannya, tapi itulah kami. Hehehe...
Kembali ke Panu, karena beliau ini sementara kuliah S2 juga, maka dia seringkali melimpahkan tugasnya pada Nesya sehingga boleh di kata Nesya ini anak emasnya Panu sementara Wini malah enggak.
Skripsi Nesya dan Wini yang mengambil latar Farmakologi, tentu saja akrab dengan berbagai hewan coba semisal mencit, tikus, kelinci. Kami sendiri pernah pake kucing waktu percobaan hipertensi. *kebayang lagi waktu nguber-nguber kucing di jasbog buat jadi baahn percobaan, mana kasihan kucingnya harus di bunuh di akhir percoban, dan sempat pula kucing itu jd kucing zombie seperti tikus Nesya yang jadi tikus zombie.. hiii (duh, maafkan kami kucing...)
Terlepas dari alur cerita yang kadang nggak  berurutan, namun saya cukup terhibur membaca buku ini.
Karena pengarang menyatakan ini berdasarkan kisah nyata, mereka menyebut penulisnya sebagai Wearevictims. Namun jelas saja latar kampus yang mereka ceritakan bukanlah kampus saya. Hehehe.. Meski dosen-dosen yang diceritakan hampir miriplah dengan dosen-dosen yang dulu saya hadapi. Ada dosen yang muncul cuma sekali alias the invisible man, ada pula yang You know who alias namanya tidak boleh di sebut, ada juga yang "mana pustakanya?", ada dosen multitasking,.. Tapi yang jelas, dosenku gak ada yang kayak Panu... hehehe.. Tapi gak tau ya sekarang, soanya semakin banyak dosen-dosen muda, bahkan ada pula teman sengkatan saya dulu yang sekarang jadi dosen di kampus kami.. (haa.... jangan-jangan kamu yang Panunya ya.. hayoo ngaku...)
Selain menceritakan tentang perjuangan menyelesaikan skripsi, penulis juga menceritakan tentang beberapa Laboratorium yang dihadapi selama kuliah, selain itu ada pula resep ala anak farmasi buat mahasiswa. Sayang nggak ada penjelasan tentang kuliah profesi itu untuk memperoleh gelar apoteker. Kayaknya saya tidak menemukan satupun kata apoteker di buku ini.
Tapi biarlah, anyway, buat kamu yang lagi bete ngadepin skripsi atau yang mau siap-siap menghadapi skripsi, bacalah buku ini sebagai penghibur eh penawar hati. :)

Kamis, 18 Oktober 2012

#26 Once upon a summer (Pada suatu musim panas)




Pengarang          : Janette Oke
             Alih Bahasa        : Yenni Agus Salim, SS
Penerbit             : Gospel Press
2005, 316 hlm


Upsss… Nemu buku lama ini terjepit di sebuah toko buku..
Sebelumnya saya mengenal karya Janette Oke “Loves come softly” bertahun-tahun yang lalu. Waktu itu saya masih kelas 1 SMP dan meski itu adalah buku serial keluarga namun saya sangat menyukainya. Saya ingat buku itu dulu saya pinjam baca di rumah seorang teman yang ayahnya adalah seorang Pendeta. Jadi novel iman seperti ini memang layak bertengger di rak buku mereka. 
Karya Janette Oke hampir mirip dengan buku2 Laura Ingalls favorit saya. Ceritanya berkisar tentang tanah pertanian, selain itu juga berupa fiksi rohani. Meski tidak seterkenal keluarga Ingalls, namun buku ini juga cukup menyenangkan untuk di baca.
Buku ini sendiri adalah seri pertama dari 4 judul serial Season of the hearts yakni :
1. Once upon a Summer
2. The Winds of Autumn
3. Spring's Gentle Promise
4. Winter is not forever
Sayang sekali saya baru memiliki buku pertama dan buku kedua.
Pada buku pertama di atas, menceritakan tentang masa kecil Joe, seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya juga adik kakeknya, serta bibinya Lou. Orang tua Joe meninggal karena kecelakaan saat Joe masih bayi. Neneknya juga sudah meninggal, dan adik kakeknya (Paman Charlie) seorang bujangan. Bibi Lou sendiri sebenarnya belum pantas di panggil bibi karena dia baru berusia 17 tahun. Sungguh jenis keluarga dengan anggota keluarga yang tidak biasa, karena biasanya kita akan menemukan bahwa kelarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Hidup di pertanian sungguh menyenangkan bagi Joe.  Dia paling senang pergi memancing di sungai. Selain itu dia mengerjakan berbagai pekerjaan di pertanian, seperti memerah sapi, mencangkul kentang dan lain-lain.
Dalam buku ini diceritakan pula tentang kakek buyut Joe yang akan datang setelah nenek buyut meninggal. Mendengar berita kedatangan kakek, awalnya Joe merasa tidak senang, bahkan dia berdoa agar kakek buyut itu tidak usah datang. Namun ternyata belakangan malah dia akrab dengan kakek buyut yang kemudian dipanggilnya Gramps.
Selain itu pula kakek dan Paman Charlie sibuk mencarikan jodoh untuk bibi Lou. Beberapa pria muda mereka undang ke rumah untuk makan malam dengan harapan Lou dapat tertarik. Sayang sekali malah ada beberapa kejadian lucu karena salah paham tentang undangan makan malam tersebut. 
Meskipun buku ini menceritakan tentang Josh yang masih anak-anak (usia 12 tahun), namun buku ini tetap bisa dinikmati oleh orang tua maupun anak-anak. 
Hmmmm.. gak sabar untuk melanjutkan ke buku selanjutnya.

Selasa, 02 Oktober 2012

#25 The Switch (Tertukar)

Pengarang : Sandra Brown
Alih Bahasa : Monica Dwi Chresnayani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat, Januari 2011
656 hlm


Melina Lyoold merasa sangat terpukul ketika pagi hari saat dia baru bangun, dia mendapat kabar dari seorang sheriff bahwa saudara kembarnya, Gillian Lyoold tewas terbunuh dengan cara yang mengerikan. Apalagi setelah mengetahui bahwa saudaranya itu tewas pada malam saat sebelumnya mereka mencoba bertukar peran. Karena mereka kembar identik jadi mereka mencoba memainkan permainan masa kecil mereka yakni saling bertukar tempat, Melina jadi Gillian, Gillian menjadi Melina. Itu adalah permainan masa kanak-kanak mereka yang kadang-kadang dilakukan untuk mengelabui orang tua mereka. Saya mengenal sepasang anak kembar, murid Sekolah Minggu saya, dan meskipun sudah berulang kali bertemu, saya sampai sekarangpun tak bisa membedakan mereka. Nama mereka Cindy dan Candy, dan karena tak mampu membedakan mereka (pakaian merekapun kembar *huuufttt mengusap keringat di jidat), saya memanggil mereka dengan menyebut kedua nama itu meski jika hanya ada seorang Cindy/Candy yang terlihat.
Halah,, itu di luar buku… :)
Kembali ke Melina.
Malam itu Melina seharusnya menjalankan tugasnya sebagai seorang media escort untuk mendampingi Christopher Hart, seorang perwira Nasa yang baru pulang dari meenjalankan misinya di luar angkasa. Karena Melina merasa tentu ini akan menantang bagi Gillian, jadilah dia menyarankan Gilllian menggantikan perannya pada malam itu. Namun sayang, karena hal itulah yang mengakibatkan meninggalnya Gillian. Seorang egomaniak, lelaki pencemburu mengenali Gillian dan ketika melihatnya bersama sang Pahlawan luar angkasa, kecemburuannnya tumbuh dengan begitu luar biasa dan itu begitu mendesakkan keinginan dlam hatinya untuk melenyapkan Gillian karena di anggapnya tak bermoral. Sayangnya, beberapa saat kemudian si pembunuh ikut bunuh diri sehingga sheriff setempat akhirnya memutuskan kasus tersebut di tutup setelah sang pembunuh berhasil didapatkan.
Namun Melina tak bisa tinggal diam begitu saja. Bersama dengan Sang Chief Hart, diapun mencoba menelusuri jejak sang pembunuh dan akhirnya perburuannya (sebenarnya tak bisa di bilang perburuan sih, karena sebenarnya merekalah yang di kejar-kejar oleh para penjahat yang mana korban terus berjatuhan di belakang mereka) sampai kepada seorang pengkhotbah tivi yang tampan dan begitu terkenal. Brother Gabriel, memiliki sebuah kuil ministry di atas puncak gunung dengan begitu banyak pengikut dan staf yang bekerja baginya yang kesetiaannya tak perlu lagi dipertanyakan. Dia memiliki impian untuk membuat sebuah dunia dengan tatanan baru yang selalu digembar-gemborkannya dalam setiap khotbahnya di televisi. Latar sekte/ ajaran sesat sudah pernah saya temukan sebelumnya dalam buku “The Witness/ Sang saksi”.  Sejak awal si penjahat ini sudah ditunjukkan, sehingga kita sudah tahu bahwa dialah penjahat besar ataupun si bos dari para penjahat dalam cerita ini. Jadinya ini membuat saya agak kecewa, yahhh.. mana dong kejutannya..? biasanya kan Sandra Brown selalu menyelipkan kejutan tentang para penjahat di bagian akhir cerita.. Namun saat menutup buku ini, ternyata saya tak perlu kecewa :) karena rupanya kejutan manisnya tetap ada di akhir cerita.

#23 Saga no Gabai Baachan (Nenek Hebat dari Saga)




Pengarang          : Yoshici Shimada
Penerjemah        : Indah S. Pratidina
Penerbit             : Kansha Books
Cetakan III,  Januari 2012
                                    
Akihiro-chan, ketika kelas dua Sekolah Dasar tanpa tahu apa-apa  “di dorong” secara paksa  oleh ibunya menaiki kereta api saat mereka mengantar bibi ke stasiun untuk menuju ke Saga. Berawal dari kejadian kecil inilah yang terus lekat dalam ingatannya bahkan kadang membuatnya trauma dan selalu merasa sedih setiap melihat adegan perpisahan anatara ibu dan anak. Rupanya ibunya bermaksud untuk meninggalkan Akihiro agar tinggal dan di asuh oleh neneknya, karena terus berada di Hiroshima tidak akan cocok lagi untuknya, apalagi ibunya sangat sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk menjaganya. Namun bagi Akihiro : ‘hidupku sungguh berubah karena dorongan ibu di hari itu (hlm. 26)’

Jadilah kehidupan baru Akihiro bersama si nenek Osano di mulai. Meskipun berada dalam kemiskinan, namun ada saja akal nenek untuk mendapatkan makanan maupun uang dan juga untuk berhemat. Misalnya dengan meletakkan galah di sungai agar dapat memperoleh sisa-sisa sayur dari pasar yang terbuang, mengikat magnet di pinggang setiap kali berjalan pulang dari tempat kerjanya agar  benda-benda logam menempel dan di kumpul untuk di jual kembali, mengolah topeng kulit semangka menjadi acar semangka, menjemur ampas teh dan membuatnya jadi abon,  membeli tahu yang rusak di paman penjual tahu dengan harga yang lebih murah dan lain sebagainya.
Membaca buku ini mebuat saya tertawa namun juga ikut terharu dengan kehidupan nenek dan Akihiro. Beberapa kutipan dari buku ini yang sangat  menginspirasi antara lain :

“Nek, dua tiga hari ini, kita makan kok hanya nasi ya, tanpa lauk?” Setelah berkata begitu, sambil tertawa terbahak-bahak, nenekku menjawab, “Besok nasipun takkan ada kok.”  (prolog)
-------> salut dengan si nenek, masih bisa tertawa saat tahu bahwa besokpun tidak akan ada makanan lagi..

“Kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda yang jatuhpun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah.”  (hlm. 41)
-------> dulu juga waktu kecil, saya suka memungut uang logam yang jatuh di jalan tanpa malu-malu untuk mengisi celengan saya.. dan pungutan terbesar saya adalah eh uang kertas 20 ribu rupiah.. serasa mendapat durian runtuh waktu itu..  :)

“Lobak yang berujung dua sekalipun, kalau di potong-potong dan direbus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun, bila di iris-iris dan dibumbui garam tetap saja timun” (hlm. 44)
-----> jangan pernah menyia-nyiakan makanan, hufft, saya selalu sedih jika melihat makanan yang di buang-buang..

“Mulai besok kau lari saja, Tidak perlu peralatan dan tempat berlarinya juga gratis” (hlm. 60)
------> hidup sehat namun hemat ala nenek

“Ada dua jalan buat orang miskin, miskin muram dan miskin ceria. Kita ini miskin yang ceria. Karena itu karena bukan baru-baru ini saja menjadi miskin, kita tidak perlu cemas. “ (hlm. 63)
------> hidup miskin memang tak pernah mengalangi kita untuk tetap ceria

“Kebaikan sejati adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan” (hlm. 92)
-----> benar kan ya, kalau kita berbuat baik, tak perlulah kita memberitahukan kebaikan itu, 

Serta masih banyak lagi kisah-kisah yang diceritakan oleh Yoshichi tentang kehidupannya bersama Nenek Osano. Diceritakan secara sederhana namun tetap memukau membuat saya jadi begitu kagum terhadap Nenek Osano. Prinsip hidup nenek Osano yang kalau di lihat sepertinya sangat pelit, namun itu semua adalah karena kondisi kemiskinan yang mereka alami. Meskipun miskin, namun nenek Osano tidaklah pelit, seperti ketika diceritakan tentang seorang bibi yang datang meminjam uang dan tanpa banyak tanya nenek langsung memberinya. Padahal kalau di pikir-pikir, kok ya ada juga yang masih tega pinjam uang ke Nenek Osano. Tapi nenek tak pernah mengeluh dalam kemiskinannya itu. Malahan dengan penuh ketegaran dia menghadapi hidupnya dan mengajari cucunya untuk mengenal dan mengikuti prinsip2 hidupnya. Ah, lagi-lagi 2 jempol untuk Nenek Osano.
Berdasarkan catatan tambahan di bagian belakang buku, dikatakan bahwa Yoshichi (yang nama aslinya Akihiro Tokunaga) muncul sebagai bintang tamu acara televisi Asahi TV yang di kenal semua orang dan memiliki jam tayang yang sangat panjang “Tetsuko no Heya (Kamar Tetsuko)”. Acara ini di pandu oleh Tetsuko Kuroyanagi penulis buku terkenal (favorit saya) Totto chan, Gadis cilik di Jendela. Lewat acara inilah buku ini diperkenalkan dan besoknya pesanan langsung membludak di toko-toko buku.